Awal-awal
masuk kantor usai cuti menikah dengan status baru (mhehe), saya mendapat
banyak do'a. Menikah memang bertambah rizki ya, jadi dido'ain banyak orang.
Gimana ga seneng kalau dido'ain baik ya! Alhamdulillah, semoga doa-doa itu
kembali juga kepada yang mendo'akan. Usai disalamin dan dido'ain, sampailah
pada pertanyaan gini: "Gimana rasanya habis nikah?"Eum...maka saya
jawab dengan senyum-senyum saja. Mhihi..saking
bingungnya harus jawab apa.
Gimana
habis nikah?
Saat
ini saya sedang belajar adaptasi. Adaptasi terbesar adalah adaptasi terhadap
kehadiran sosok baru bernama suami. Adaptasi yang kata orang-orang berlangsung
seumur hidup. Betul juga! Now,
I am learning you, begitu
kalau di dalam lagunya Yuna (Deeper Conversation). Dua orang yang
sejatinya berbeda kemudian hidup dalam satu rumah (semoga menjadi baiti jannati..
aamiin Rabbi..) tentu akan dijumpai hal-hal yang berbeda. Tak perlu untuk
hal-hal yang besar bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun seperti, meletakkan
baju atau pun barang-barang, menata sepatu, makanan kesukaan bisa saja ga sama.
Maka, sedari awal, perlu siapkan mental ya..(lebay, kayak apa ajah, hehehe). Tapi itulah lucunya
dan mungkin ini yang disebut dengan seni memahami orang. Mhihi, belajar psikologi ya.
Adaptasi
selanjutnya, kalau menurut saya, adaptasi terhadap waktu. Kok bisa, bukannya waktu
masih sama 24 jam ya? Kalau dipikir-pikir, Hehe,
iya juga ya, waktu tetap 24 jam, tapi kok rasanya makin cepet aja ya! Baru
nyuci piring eh tak taunya udah pagi jam 05-an lebih, artinya, udah saatnya
berangkat ke kantor, atau baru sholat Isya' di kontrakan, eh tau-tau kok udah malam aja. Sudah saatnya
istirahat, biar esuk hari fresh bekerja. Cling...! Senyum ala pasta gigi..Hehe.
Kembali
ke topik awal, gimana habis nikah?
Alhamdulillah,
segala puji bagi Alloh Swt yang dengan nikmat-Nya sempurnalah
kebaikan-kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar