28.12.17

Catatan Pernikahan Tahun Ketiga

Kamis, 28 Desember 2017 hari ini merupakan tahun ketiga pernikahan kami. Alhamdulillah, pada tahun ketiga ini, kami ditemani dua permata hati kami, Mbak Hafsa (2y) dan Dedek Nusaibah (2,5m). Selama tiga tahun pernikahan ini, sepertinya raport saya masih merah. Banyak sekali luput dan kekurangan  saya di sana sana-sini​ baik sebagai isteri maupun ibu. Sampai sekarang menyisakan PR untuk terus-menerus berbenah diri.

Salah satu momen besar selama tiga tahun pernikahan ini adalah tugas belajar bersama suami di mana sama-sama satu kampus (pernah dibahas di blog suami dengan link berikut http://www.pnsbackpacker.com/2017/03/tugas-belajar-bersama.html?m=1). Momen tugas belajar ini sangat berkesan sekali, kami bisa buka puasa bareng di rumah sebulan penuh, liburan di kampung halaman dengan durasi waktu cukup lama 2-3minggu, ujian di saat hamil lalu melahirkan di masa UTS, menyempatkan pumping untuk asip di sela-sela kuliah. Kemudian mendekati selesainya masa tugas belajar, alhamdulillah saya hamil anak kedua.

Saya meyakini bahwa menikah bukanlah penghambat dalam melanjutkan pendidikan. Dengan menikah, saya merasa rezeki untuk saya bertambah-tambah. Salah satunya rezeki tugas belajar tersebut. Salah satu keajaibannya adalah ketika saat saya merasa hampir menyerah untuk bisa kuliah DIV bareng suami, tak lama kemudian tiba-tiba ada penawaran beasiswa kuliah DIV (yang kampusnya sama dengan suami). Saya seperti mendapatkan kesempatan kedua. Hal menakjubkan selanjutnya adalah kemudahan untuk memenuhi syarat beasiswa tersebut, dalam hal ini TOEFL ITP (kalau tidak salah dalam sebulan hanya bisa mencoba satu kali). TOEFL ini adalah tantangan tersendiri bagi saya, karena itu artinya saya hanya bisa ikut sekali. Sekali itu saya gagal, alamat saya tidak bisa mendaftar DIV yang berarti juga tidak bisa kuliah bareng suami. Alhamdulillah persyaratan untuk beasiswa tersebut berhasil saya penuhi meski dengan pas-pasan. Atas izin Allah, alhamdulillah saya diterima. Mudah-mudahan kelak ada rezeki kuliah bareng lagi.

Menikah adalah ibadah. Banyak pahala berlimpah-limpah dalam bingkai pernikahan. Bahkan bercanda dengan isteri pun bukanlah kesia-siaan.

Menikah adalah ibadah. Sebagai pengingat diri ini bahwa dalam menikah tak melulu soal suka dan bahagia. Kadang ada air mata di sana. Semoga Allah berkahi baik dalam suka dan duka.

----
Thank You, Allah.. Bimbing senantiasa kami. Semoga kami sekeluarga nanti dapat masuk ke dalam rahmat dan surga-Mu.

20.12.17

Masih Belajar menjadi Orangtua

Jujur, sebagai orangtua, saya sering merasa seperti remah-remah rempeyek. Terkait asi salah satu contohnya. Saat awal-awal menjadi ibu dari Mb Hafsa (anak pertama kami), asi saya keluar pada hari ketiga. Maka pada dua hari pertama menjadi ibu, rasanya pengen mewek terus. Aduh, bagaimana ini. Alhamdulillah dukungan dari suami sangat membantu dengan mengingatkan bahwa setiap anak sudah dijamin rezekinya. Kedua adalah saat mpasi. Dengan keterampilan memasak yang masih sangat seadanya, hiks..masakan saya ya itu..Sederhana banget..nget! Udah gitu masih belum bisa cepet lagi masaknya. Huwaaa..Ketiga tentang stok kesabaran. Rasanya masih jauh dari ibu-ibu yang penyabar. Contoh terdekat adalah mama (mamak) saya. Beliau itu sabar banget menghadapi saya. Nah, anehnya sejujurnya Mb Hafsa ini kan plek banget saya (miniatur masa kecil saya), tapi menghadapi Mb Hafsa kok ya saya udah rasanya jumpalitan. Hiks..Hiks.. Gusti Allah.. Ampuni kekurangan saya sebagai seorang ibu. Semoga ke depan bisa semakin baik.
----
Curhatan emak-emak, random akut di pagi hari.

12.12.17

Menyapih Mb Hafsa

Tiga hari yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu, 9 Desember, Mb Hafsa genap berusia 2 tahun. Terima kasih Allah, Engkau cukupi rizki Mb Hafsa, juga atas nikmat kesehatan dan keselamatan.

2 tahun
Dua tahun pula saya belajar menjadi seorang ibu. Aa..Betapa masih banyaknya kekurangan saya.

Nak, dalam agama kita, masa menyusui bagi seorang ibu dikatakan sempurna saat sang anak telah berusia dua tahun. Hal inilah yang menjadi dasar kesepakatan bagi umi dan abi untuk menyapihmu. Mudah-mudahan asi umi diberkahi oleh Allah sehingga Mb Hafsa tumbuh jadi anak yang sholihah juga penyayang, meskipun dalam kurun dua tahun tersebut, asi umi sempat berkurang dan berkurang karena di dalam perut umi ada adik.

11.12.17

Yuk Lebih Peka!

Bahwa Allah itu menyelipkan banyak hal/hikmah dari sebuah peristiwa. Begitu banyak kemudahan yang Allah kasih. Namun betapa hebatnya syaitan, hingga terkadang semua kemudahan itu terasa biasa. Lalu berujung pada tidak pekanya menangkap sinyal sayang-Nya. Tidak peka bahwa Allah mencurahkan begitu banyak nikmat-Nya.

Bahwa kita lemah tanpa pertolongan-Nya. Bahwa segala kemudahan adalah dari-Nya.
----
Menikmati masa-masa cuti. Alhamdulillah.




6.12.17

Saat Ummi di Rumah bersama Kakak dan Dedek saja

Alhamdulillah..Segala puji bagi Allah atas nikmat kesehatan dan keselamatan.

Hari ini Allah karuniakan kepada saya betul-betul "ngedate" bersama dua bocil di rumah. Pengasuh kakak sedang sakit (semoga Allah segera berikan kesembuhan untuk beliau). Sementara bapak suami berjuang mencari nafkah.

Membersamai dua bocil itu penuh adrenalin. Kakak (2y kurang beberapa hari) sedang cemburu-cemburunya sama adiknya (1,5m). Jadi, kalau di rumah hanya ada umminya pasti nglendot banget. Hihi. Kondisi rumah pun tidak karuan. Ups. Alhamdulillah umminya ini  barusan Allah karuniakan waktu buat bisa mandi ketika sejak tadi pagi baju kena ompol. Hore.

Kalau sudah cuma bertiga gini, maka beberapa catatan yang perlu diingat adalah:

- jaga kewarasan. Hihi. Ini Numero Uno. Super penting! Caranya nginget Allah, Allah, Allah, ini ibadah. Terutama Nek mbak e (kakak) sudah mulai membuat umminya bernada tinggi secara spontan. Huhahhuhah(kayak makan cabai).Aww... Menulis di sini juga bagian dari menjaga kewarasan di saat kakak sudah bobok dan dedek belum bobok (bangun beberapa kali tak bisa ditinggal nyuci).

-Prioritaskan kegiatan yang penting dan mendesak. Sebagai contoh memandikan anak. Ini versi saya. Seenggaknya sesiang-siangnya, kalau bisa sebelum dhuhur anak dah mandi (jam 10 maksimal). Mainan berserakan gak apa2 yang penting anak2 sudah mandi. Prioritas sebelum mandiin anak2 adalah memasak yang sederhana juga. Tapi berhubung tadi pagi sudah ada nasgor, jadi tinggal mandiin anak. Yang penting selanjutnya adalah mencuci baju dan celana adik yang kena ompol tapi ini nunggu situasi ketika kakak dan adik sama2 bobok karena kakak tipe yang kalau main minta ditemenin.

-Kalau kakak dan adik sama2 tidak tidur dan sama2 minta perhatian, yaudah dedek dinenenin sambil nemenin kakak main (tapi ini jarang). Biasanya adik nenen, kakak ikut juga.

Yang tersulit adalah..Menahan nada tinggi terutama saat mbak mulai saking gemesnya ke dedek. Duh!
------
Ampuni kekurangan diri ini Rabbi.. maaf ya nak, belum bisa menjadi sebaik2 ummi untuk kalian.

4.12.17

Berkah

Berkah
Alangkah indahnya
Hidup yang berkah
Usia yang berkah
Pernikahan yang berkah
Harta yang berkah
Ilmu yang berkah
Waktu yang berkah
Allah karuniakan kami dengan keberkahan
Limpahi kami dengan keberkahan
----
Sungguh saat Allah memberkahi, jalan terasa begitu mulus padahal sebelumnya terseok-seok.

27.11.17

80cc

Alhamdulillah..Segala puji Allah yang telah menyempurnakan kebaikan2 dengan nikmat-Nya. Untuk pertama kalinya, semenjak dedek Nusaibah Mukhbita Islami lahir pada Ahad, 15 Oktober 2017, Asip (asi perah) saya mencapai 80cc. MashaaAllah betapa bahagianya.
Allah Maha Baik..Allah Maha Baik..

Senin dini hari, 27 November 2017 pada 01:30
Foto ini sebagai pengingat diri bahwa tidak perlu baper terkait asip. Selalu ingat dan ingat dan ingat bahwa Allah telah menjamin rezeki bagi semua makhluk-Nya. Tak perlu baper, semangat ikhtiar dan berdoa semoga asip berkah sehingga mencukupi, menyehatkan, menyembuhkan, dan mensholihahkan.

25.11.17

Kamu & Aku

Kamu yang begitu baik
Berjiwa lapang
Berkirim dalam doa-doa

Kamu yang begitu membumi
Meski langit
tak henti memandangimu
Meski matahari
tak lupa menyinarimu

Kamu yang begitu tak biasa
dan aku yang teramat sederhana





Mbak dan Umminya

Mbak dan Uminya
Betapa miripnya
parasnya,
polahnya,
Makanan favoritnya.

Mbak dan Uminya
Betapa miripnya
Gaya khasnya,
kalau sedang sedih,
kalau sedang uring-uringan,
kalau sedang berbunga-bunga.

-----
Nak, ummimu ini banyak sekali kekurangan nya. Semoga engkau jadi pribadi yang jauh lebih baik dari ummimu ini ya Nak..

21.11.17

Kacamata Kita

Allah..Allah..Allah
Lindungi diri ini
Dari memandang orang lain
Dari kacamata diri
Dari ukuran "sepatu" diri

Allah..Allah..Allah
Jauhkan diri ini dari berprasangka buruk
Juga jauhkan diri ini dari membuat oranglain berprasangka

Betapa menyeramkannya memandang orang lain dari kacamata diri sendiri
Duh..Duh..Betapa seramnya..

----
Betapa kita punya keterbatasan diri
Betapa masih rendahnya ilmu diri
Aih..apalah diri ini

20.11.17

Melahirkan Anak Kedua-part 2 (selesai)

Sabtu sore, 7 Oktober 2017 kami dengan rombongan besar (saya, suami, Mb Hafsa, dan mamak yang baru saja datang pada pagi hari) kontrol ke klinik untuk memeriksakan dedek di perut. Sambil menunggu dipanggil, saya bilang ke suami "Mudah2an habis ini disuruh maem yang banyak..hehe" maklum, menjalani diet saat hamil betul-betul tantangan tersendiri..hihi. Sudah mulai bosan diet apalagi keinginan untuk makan dan (tentu saja) mengemil cukup besar. Namun, program diet ternyata masih berlanjut, He. Dedek (39weeks) sudah mencapai 3.847gram (padahal ini uminya udah turun 700gram dan pemeriksaan/kontrol sebelumnya pada 24 Sept sudah turun 500gram).

Beberapa hal penting yang saya ingat saat pemeriksaan adalah ketuban (air) bagus. Denyut jantung dedek juga bagus. Semua Ok. Oiya, sampai pemeriksaan saya belum merasakan kontraksi sama sekali. Sebelum pulang, dokter berpesan, intinya adalah 1. Diet dilanjutkan ya! Semangat! (Begitu kata dokter kandungan saya,uwaa.. padahal mamak bawa bakpia dari Bantul) 2. Dokter menyarankan untuk induksi apabila sampai Jumat besuk (pas HPL/40weeks) belum ada kontraksi sama sekali karena berat dedek yang sudah mencapai 3,8kg. Jadi, kami perlu siap2 bawa baju pada hari Sabtu saat kontrol rutin.


Melahirkan Anak Kedua

Melahirkan adalah salah satu dari tiga peristiwa penting dalam sejarah manusia selain menikah dan kematian. Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan kebaikan dengan nikmat-Nya, Ahad, 15 Oktober 2017 pada dinihari 01:10, saya melahirkan anak kedua, perempuan dengan berat 3,670gram dan tinggi 50cm.

Saya kira melahirkan anak pertama dengan kedua tidaklah jauh berbeda. Dalam artian jika yang pertama lahir secara normal pada minggu ke-39, maka anak kedua juga akan lahir pada sekitaran minggu2 tersebut. Oleh karena itu, saya mengajukan cuti lahiran pada minggu ke-38 kehamilan. Namun, hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui akan lahir kapan dan dengan cara seperti apa.


22.9.17

Home Education Kiki Barkiah-pertanyaan 22



Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan bergabung dengan kuliah whatsapp terkait home education bersama teh Kiki. Berhubung kuliah whatsaapp ini sarat materi dan karena takut kalau tidak dipindah ke blog akan hilang dan susah dicari, maka memindahkan materi ke blog adalah solusi jitu. Semoga bermanfaat bagi yang lainnya. Mohon maaf kalau dalam penyajiannya tidak urut.

22.
Wulandari
Teh, saya ada pertanyaan:
Terkait keteladanan (video 1), bagaimana mensiasati agar metode keteladanan yang saya dan suami terapkan tetap efektif, di lingkungan keluarga besar kami yang sering sekali terlihat sepupunya bertengkar, merokok secara garis besar tidak mencerminkan akhlakul karimah?

Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Seperti yang sering saya ulas, lingkungan harus kita ciptakan semaksimal mungkin supaya mampu mensupport visi misi kita. Terutama untuk orang-orang yang berkaitan langsung dengan anak-anak kita seperti ART, nenek, kakek, kerbat, guru, lingkungan rumah dan sekolah yang sehat.

Lalu, bagaimana jika anak bertemu dengan roll model yang tidak baik padahal mereka dekat dan anak-anak berinteraksi langsung dengan mereka? Jadi, kalau kita meminta kepada orang dewasa, itu memang kadang lebih susah apalagi kalau berujung pada silaturrahim yang kurang baik. Apalagi kepada orang-orang di sekitar yang kita kenal dan kita tidak punya akses untuk secara direct beramal ma’ruf dan nahi munkar ke mereka.

Jadi, di akhir zaman anak-anak itu akan banyak ketemu dengan orang-orang seperti ini sebagaimana Rasul sudah menyampaikan bahwa orang yang beruntung di akhir zaman kan orang yang asing. Orang asing yaitu orang yang baik di tengah orang yang akhlaknya buruk dan itu kan cuma dikit prosentasenya, artinya kuncinya adalah bagaimana anak-anak itu mampu memilih pilihan yang ia yakini meskipun orang-orang di sekitarnya memilih hal yang lain.

Ini saya berbagi sedikit cerita pada saat saya di Amerika, waktu saya ingin meluruskan perilaku anak-anak atau memahamkan mereka tentang syariat atau apa pun yang baik dan apa pun yang buruk, otomatis waktu itu kita memposisikan diri kita sebagai seorang Muslim karena biasanya mereka melihat akhlak-akhlak yang buruk dari orang-orang di sana, kemudian saya bilang bahwa di dalam Islam kita seperti ini. Saya sih sebenernya ga bilang semisal, apakah agama yang lain hal itu diajarkan atau tidak, saya hanya bilang bahwa di dalam Islam seperti ini..., kita Muslim, kita pilih.

Sebenarnya saya menemukan masalah ketika anak-anak saya bertemu dengan orang-orang Muslim di Amerika atau orang-orang Muslim teman-teman saya, mereka nilai melihat bahwa yang dilakukan seorang Muslim ternyata tidak tidak sesuai dengan apa yang diajarkan ummi bapaknya tentang apa kata Allah dan Rasul sampaikan, barulah di situ kemudian saya merubah dan memberikan pengertian kepada mereka bahwa ini Islam, ini sempurna tapi tidak semua orang Islam itu melaksanakan Islam secara sempurna. Jadi, ini adalah pilihan kita. Kalau kita memilih untuk melaksanakannya, maka ini adalah konsekuensinya. Kalau kita memilih untuk tidak melaksanakannya ada juga konsekuensinya sehingga mereka mulai paham, oh ada Muslim yang tidak mau melakukan itu atau ada Muslim yang belum mendapat hidayah untuk melakukan itu atau ada Muslim ada yang belum tahu terhadap perintah seperti itu.

Waktu saya sampai di Indonesia, mulailah mereka makin melihat ketidakidealan karena pelaku-pelaku pelanggaran dan segala macam juga notabenenya adalah Muslim. Jadi, di situ juga mulai muncul satu kosakata baru waktu anak-anak baru pulang tentang “why people in Indonesia seperti ini” Jadi, mereka melihat itu bukan sebagai model tapi mereka melihat seperti budaya negara ini, tapi balik lagi saya berusaha untuk memahamkan sama anak-anak ini Islam, Allah atur kayak gini, Rasul bilang seperti ini, kemudian ada juga beberapa peraturan negara atau peraturan milik masyarakat atau peraturan dalam keluarga yang saya tetap mendiring anak-anak melakuakn peraturan tersebut meskipun orang-orang di sekitarnya tidak melakukannya. Termasuk ketika mereka mulai bertemu kerabat-kerabat, ketika saya membicarakan mengenai pacaran tetapi kerabat saya ada yang pacaran. Ummi bilang nikah itu jangan pacaran dulu, takutnya mereka melihat aktivitas-aktivitas itu di sekitar mereka sendiri dengan kerabat-kerabat mereka sendiri dan kembali saya memposisikan bahwa di dalam Islam seperti ini, Allah hanya bilang seperti ini, Rasulullah bilang seperti ini, tapi ada saudara ummi belum mau melaksanakan apa yang telah Allah sampaikan. Jadi, menguatkan pribadi mereka, dorong/ajak untuk tetap memilih apa yang boleh dan menghindari apa yang tidak boleh meskipun orang lain itu melakukan.

Mudah-mudahan dengan menguatkan konsep diri anak-anak, anak-anak lebih percaya diri walaupun pada kenyataannya pada saat kita ingin melaksanakan syariat itu harus melawan kenyamanan karena menjadi berbeda dengan lingkungan sekitar, jadi akhirnya “saya terpaksa” menyudutkan (dalam hal ini salah satu pihak), ya gimana, ummi sudah sampai ini pada kerabat ini tapi mereka tidak mau melaksanakannya, saya gak mungkin juga misal menutup-nutupi kerabat yang memang mereka sendiri secara eksplisit menunjukkan bahwa mereka melakukan hal yang salah. Akhirnya saya memahamkan pada anak saya bahwa sebenarnya itu salah, mereka memilih salah, Ummi sudah berusaha menasihati mereka, tetapi mereka tidak mau. Ya udah kita ajak pilih untuk tetap melaksanakan yang benar seperti apa.

Wallahu a’lam..



Sumber: tanya jawab kulwapp Home Education bersama Kiki Barkiah.

20.9.17

Home Education Kiki Barkiah-pertanyaan 15

Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan bergabung dengan kuliah whatsapp terkait home education bersama teh Kiki. Berhubung kuliah whatsaapp ini sarat materi dan karena takut kalau tidak dipindah ke blog akan hilang dan susah dicari, maka memindahkan materi ke blog adalah solusi jitu. Semoga bermanfaat bagi yang lainnya. Mohon maaf kalau dalam penyajiannya tidak urut.

15.
Asryn Inderayana, Bali
Assalamu’alaikum. Saya ingin bertanya. Apakah rasa jenuh dengan rutinitas yang nonstop 24 jam adalah hal yang wajar? Apalagi tinggal di rantau yang sama sekali ga ada keluarga, suami bekerja dari pagi sampai malam, ngurus tiga balita yang sedang egois-egoisnya. Ngurus anak-anak itu sendiri hingga terkadang ada perasaan lelah dan jenuh dengan rutinitas dan keriwehan 3 balita. Bagaimana menyikapi jika perasaan jenuh itu muncul? Apakah wajar ketika kita minta bantuan lebih ke pasangan yang telah seharian bekerja?

Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Membangun sebuah keluarga tidak dilakukan sendirian. Kita bersama pasangan bersama-sama membangun keluarga sehingga diperlukan kerja sama satu sama lain, termasuk dalam mendidik anak-anak. Terlepas dari apakah suami sibuk atau tidak, full time di luar rumah untuk mencari nafkah atau tidak, tetap saja kewajiban mendidik isteri dan anak-anak adalah hal yang melekat dan utama bagi seorang suami.

Selelah apa pun aktivitas seorang suami di luar rumah, suami harus tetap mengkhtiarkan untuk memenuhi nafkah lahir dan batin isteri serta anak-anak di rumah. Termasuk dalam hal ini adalah pemenuhan kebutuhan seorang isteri untuk didengarkan, dibantu pekerjaannya, dicarikan solusi untuk permasalahan-permasalahannya, dan memahami perasaan-perasaan yang dirasakan oleh seorang isteri.

Kemudian jika pertanyaannya bolehkah seorang isteri minta bantuan kepada suami?  Jawabannya, justru seorang suami harus mau membantu isterinya. Karena di dalam Al- Qur’an, perintah terhadap seorang suami terkait dengan tanggung jawabnya kepada keluarga, tidak hanya tertulis dalam surat Al-Baqarah: 233, yakni tanggung jawab mencari nafkah berupa makanan dan pakaian yang layak, tetapi ada juga perintah-perintah lainnya, salah satunya yang tertulis dalam Q.S. At Tahrim:6

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At Tahrim : 6)

Bagaimana proses menjalankan perintah-perintah ini bisa dilakukan jika tidak pernah ada interaksi dan pemberian pendidikan secara langsung oleh suami kepada isteri dan anak-anaknya, termasuk di dalamnya adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan seorang isteri akan bantuan di luar kemampuan isteri dalam menjalankan tugas-tugas domestiknya.

Hal-hal apa sajakah yang bisa dilakukan oleh para suami agar para isteri merasa bahagia menjalankan amanahnya di dalam rumah? Para isteri di rumah mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan mendidik anak-anak sehingga para suami pun wajib berusaha mencukupi nafkah agar para isteri tidak berada pada kondisi terpaksa harus ke luar rumah. Terkecuali, pada peran-peran tertentu yang memang dibutuhkan kehadiran seorang perempuan, maka para suami harus berpikir tentang supporting sistemnya apabila ternyata memiliki isteri yang secara peran betul-betul dibutuhkan di masyarakat.

Namun, jika memiliki isteri yang hanya konsen di rumah, maka hal lain yang bisa dilakukan oleh seorang suami adalah mendukung dan mengizinkan isteri agar bisa  berkarya di rumah. Misalnya saja memiliki sebuah usaha di rumah atau mengaktualisasikan hobi dan minat di rumah. Hal ini akan sangat membantu sang isteri untuk mengatasi kejenuhan karena rutinitas yang terus-menerus dan berulang-ulang. Seorang isteri pun adalah manusia biasa yang butuh variasi hidup, yang salah satunya bisa dilakukan dengan mengaktualisasikan diri untuk berkarya di rumah.

Selain itu, seorang isteri juga membutuhkan ilmu dalam menjalankan peran sebagai seorang isteri sekaligus ibu, terutama perannya sebagai seorang ibu. Maka sangat penting bagi seorang suami untuk membekali isteri dengan sekian sarana dan prasarana yang dapat membantu isteri dalam mendidik dan mendampingi anak-anak di rumah. Misalnya, seorang suami mengizinkan isteri menuntut ilmu sesekali sebagai bentuk mengisi “me time” dalam rangka mengup-grade diri yang pada akhirnya membantu meningkatkan kualitas diri seorang isteri dalam menjalankan amanah di dalam rumah sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya. Seorang suami juga harus mau  meluangkan hartanya untuk investasi pendidikan isteri dan anak-anaknya supaya bisa lebih baik lagi.

Selain berperan sebagai isteri dan seorang ibu, seorang perempuan juga memiliki peran dalam kehidupan masyarakat sehingga jika sesekali seorang istri harus menjalankan peran amanah di dalam masyarakat, maka suami juga perlu memberikan dukungan. Dukungan yang diberikan bisa berupa pemberian dana, menjamin transportasi atau termasuk menjadi supporting system urusan domestik pada saat seorang isteri harus ke luar rumah dalam rangka menjalankan perannya di masyarakat.

Bagaimana pun, salah satu yang termasuk sebagai ciri manusia terbaik adalah orang yang mempunyai manfaat untuk orang lain. Jika ternyata seorang isteri mempunyai potensi memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat, maka kenapa tidak bagi seorang suami untuk memberikan dukungannya?

Seorang isteri juga manusia biasa yang bisa lelah dan membutuhkan refreshing. Maka hal lain yang juga bisa dilakukan oleh seorang suami misalnya menginfakkan sebagian harta dan waktu untuk mengisi kualitas akhir pekan sehingga terbangun kedekatan antar anggota keluarga, menghibur isteri yang bisa menjadi sebuah ibadah bagi suami. Kemudian memberikan kesempatan refreshing bagi isteri, bisa berupa pijatan jika memang diperlukan, atau mungkin ke salon agar sang istri bisa refresh dan istirahat sehingga lebih siap lagi dalam menjalankan amanah-amanahnya untuk satu pekan berikutnya, terutama saat ditinggalkan oleh suami yang harus ke luar rumah untuk mencarai nafkah.

Terkait dengan aktualisasi diri seorang isteri, para suami juga perlu untuk mendukung minat dan bakat seorang isteri agar mempunyai kesempatan untuk mengasah minat dan bakat tersebut selama secara porsi dan secara waktu tidak mengganggu urusan domestik.

Kebutuhan penting lainnya dari seorang isteri yang sangat perlu untuk dipenuhi oleh seorang suami adalah kebutuhan akan perhatian, pujian, dan kebutuhan untuk didengarkan keluh kesahnya untuk me-recharge kembali semangatnya. Bukan karena merasa kurang ikhlas atau ingin riya’, tetapi seorang isteri butuh untuk didengar dan diapresiasi sehingga hal ini perlu menjadi perhatian seorang suami yang bisa diniatkan sebagai upaya meningkatkan performa seorang isteri dalam menjalankan perannya di rumah.

Wallahu a’lam..

Sumber: tanya jawab kulwapp Home Education bersama Kiki Barkiah.



13.9.17

Home Education Kiki Barkiah -pertanyaan 9,19,28


Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan bergabung dengan kuliah whatsapp terkait home education bersama teh Kiki. Berhubung kuliah whatsaapp ini sarat materi dan karena takut kalau tidak dipindah ke blog akan hilang dan susah dicari, maka memindahkan materi ke blog adalah solusi jitu. Semoga bermanfaat bagi yang lainnya. Mohon maaf kalau dalam penyajiannya tidak urut.
No.
Nama Penanya
Pertanyaan
9.
Meri Rahmawati
Saya ingin mengajukan pertanyaan, bagaimana caranya menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri anak karena sering dibully baik itu di lingkungan sekolah mauupun di rumah. Terima kasih.

Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Tips yang pertama adalah orang tua harus menjadi benteng yang terakhir yang memberikan rasa kepercayaan, penghargaan setinggi-tingginya kepada anak. Jadi jangan sampai orangtua sendiri tidak merasa bangga, tidak merasa bahwa anaknya berharga.

Ketika kita sendiri misalnya tanpa sadar membully mereka, maka kepada siapa lagi mereka akan berharap untuk bisa menumbuhkan rasa percaya diri itu kalau di lingkungan yang terdekatnya saja tidak menghargainya. Jadi, add list, kalau di dunia ini gak ada yang menghargai anak kita, maka kitalah yang senantiasa membuat anak-anak kita merasa berharga.

Tips yang kedua, evaluasi apa yang bikin anak kita menjadi sasaran bully. Apakah karena tubuhnya yang terlalu lemas, berarti mungkin kita perlu memotivasi anak untuk semakin prima fisiknya. Atau jika itu terjadi pada sesuatu yang tidak kita bisa ubah, berarti ajak anak untuk melihat sisi positif dari semua kekurangan dan kelebihan yang Allah karuniakan kepada anak kita.

Biasanya anak-anak yang menjadi sumber bully itu memang biasanya berbeda. Jadi perlu kita lihat apakah berbedanya dari sisi yang tidak baik, kalau misalnya yang tidak baik ya berarti kita perbaiki.

Tapi ada juga yang memang berbedanya karena dia memiliki keunggulan dalam kebaikan, yaudah kalau seperti itu mah tinggal menetralisir perasaan anak kita supaya tidak merasa bahwa dibully itu sesuatu yang sangat mengganggu kehidupannya. Sebenarnya orang-orang itu membully karena perasaan jealous mereka terhadap karunia yang Allah berikan kepada kita, termasuk juga memotivasi anak kita untuk tidak bersikap tinggi hati gitu ya atas kelebihan yang Allah berikan.

Nah, ketika anak-anak itu tahu kondisi anak-anak pembully itu sebenarnya adalah seseorang yang perlu kita bantu dan kita kasihani, mudah-mudahan anak-anak kita sendiri jadi merasa percaya diri karena sebenarnya yang bermasalah itu bukan anak yang dibully tapi justru anak yang membully. Dia yang perlu ditolong untuk menghentikan kedzalimannya, dia yang membutuhkan perhatian. Jadi, saya kadang memotivasi anak-anak kita begini, mereka itu mungkin kurang diperhatikan, kurang ada yang menghargai mereka, kurang ada yang membuat diri mereka merasa berharga sehingga mereka mencari cara untuk bisa terlihat berharga dengan cara mengumpulkan kekuatan dan membully orang lain. Seperti itu anak-anak saya, jadinya leih percaya kepada dirinya sehingga tidak terlalu masalah ketika dia dibully.

19.
Inggit Arfiyanti
Assalamu’alaikum. Saya ingin bertanya:
Bagaimana tips menghadapi balita yang mulai senang bertanya “kenapa”, agar kami orang tua bisa tetap sabar menjawab pertanyaan anak dengan ramah, tanpa terpancing emosi walaupun sering kali pertanyaan anak berulang atau mungkin menurut orang dewasa itu pertanyaan yang kurang penting. Misalnya seperti “kenapa bungkus ini warnanya merah? kenapa (gambar) kerbau itu senyum?” (saat baca buku bersama), dsb.

Bagaimana cara respon terbaik orang tua pada anak yang demikian agar anak tetap merasa diperhatikan, dihargai atas rasa ingin taunya?

Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Pertama, rasa syukur kita ya miliki anak-anak yang sangat kritis bertanya. Karena di luar sana juga ada banyak anak-anak yang sangat pasif walaupun secara fitrah belajar tapi banyak fitrahnya yang tersimpangkan dan terkuburkan karena respon lingkungan yang memang tidak tidak terlalu baik. Jadi ini bisa memotivasi kita jangan sampai kesalahan kita dalam merespon pertanyaan anak sehingga kemudian menguburkan atau menyimpangkan fitrah belajar anak-anak ya. Jadi, inshaa Allah E=mc2. Energi menjadi orang tua itu sama dengan motivasi dikali cita-cita kuadrat. Artinya, ketika ibu bersabar untuk menjawab pertanyaan, ibu lihat motivasinya apa, ibu lihat cita-cita ke depan apa yang bisa terwujud dengan kesabaran ibu menjawab pertanyaan.

Ada satu kisah yang terkesan sama saya waktu saya membaca sebuah tulisan tentang pengalaman seorang dokter yang PPT di sebuah desa. Ia  mendapati seorang ibu yang menghentikan pekerjaan mencuci piringnya ketika anaknya bertanya tentang sesuatu.

Dokter tersebut bertanya mengapa ibu harus menghentikan pekerjaan ibu mencuci piring pada saat anak bertanya?

Ibu itu menjaawab: amak saya bertanya itu tidak setiap saat dan belum tentu lagi bisa diulang waktunya. Sementara pekerjaan mencuci piring itu bisa kita tunda di lain waktu.

Artinya, beliau begitu merasakan bahwa ketika anak bertanya itu kan satu kesempatan emas. Banyak ilmu yang kuncinya bisa terbuka karena anak bertanya. Termasuk bertanya juga menunjukkan kesiapan seorang anak untuk menerima informasi. Tinggal bagaimana kebijaksanaan kita untuk mengolah informasi. Karena ada beberapa pertanyaan yang mungkin sulit untuk dijawab atau tidak pantas untuk dijawab secara dhohir atau secara blak-blakan diberitahukan kepada anak-anak. Jadi, tinggal bagaimana mungkin kalau dirasa pertanyaannya sesuatu yang normative atau terus berulang, paling bisa dialihkan saja, dikembangkan pertanyaannya supaya dia terangsang untuk bertanya pada hal-hal yang lain.

Kemudian kalau ibu dirasa timingnya memang kurang tepat, ada pekerjaan lain yang tidak bisa ditunda, bisa juga kita simpan pertanyaan anak-anak untuk dibahas supaya bisa lebih rinci, lebih detil bahkan menjadi kesempatan untuk membuka buku bersama atau browsing bersama tentang sesuatu yang mungkin kita belum kuasai.

Saya pribadi (Teh Kiki) punya masalah dengan anak yang suka bertanya alias dia suka ga pas timingnya. Misalnya karena terlalu cerdas dan terlalu banyak lintasan pikiran, nanti missal lagi hapalan quran tiba-tiba melintas yang kalau kita ladenin terus bisa mengganggu kegiatan kita dan pencapaian-pencapaian yang sudah dibuat. Paling saya tunda. “Abang, abang selesaikan ini dulu, setelah selesai abang boleh mengajukan tiga pertanyaan.“

Anak harus diajarkan untuk sedikit menunda dan memahami waktu dan sikap yang tepat sesuai dengan waktu di mana dan kapan sebaiknya ia dapat menyampaikan pertanyaan. Anak-anak juga sejalan dengan usianya, anak juga harus tahu aturan. Tidak serta merta harus terus mendistrak sesuatu. Tapi kalau masih kecil, karena belum paham tentang itu, silakan dimanfaatkan saja, diprioritaskan untuk memuaskan rasa ingin tahu anak.

28.
Sri Hastuti
Bunda, bagaimana ya cara untuk memotivasi anak agar berani dan siap melakukan operasi? Anak saya (22m) selalu histeris kalau diajak ke dokter/bidan/klinik seperti trauma melihat ruangan/seragam. Terima kasih.

Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Mbak usia 22m memang agak susah kalau dikasih pengertian secara verbal. Kalau belum mendesak gak papa ditunggu agar bisa diberi pengertian karena bertahap ya menghilangkan trauma anak itu. Upayakan tidak ada kejadian yang tidak menyenangkan lagi, yang semakin membuat sulit sembuh dari trauma. Termasuk juga dilarang menakut-nakuti anak dengan tindakan medis. Pada masa mereka membutuhkan, trauma itu jadi menyulitkan tindakan.

Masalahnya kalau pasien meronta kan tidak nyaman juga tindakannya kecuali yang sudah darurat, meronta pun kan akan tetap dijalani yang prioritas. Allohua’lam mungkin bisa tanya sama ibu-ibu disini bagaimana menjadikan rumah sakit yang ramah anak, dokter yang ramah anak, serta ortu yang bijak mendampingi anak berobat.

Pengalaman saya sih anak-anak yang agak besar bisa disounding dulu sebelum pengobatan. Lalu sedikit dikasih bumbu berupa hadiah bila berani saat dokter mengambil tindakan. Anak juga beda-beda. Fatih tidak nangis saat disuntik tapi ada juga yang nangis gak mau disuntuk. Bila sangat diperlukan suatu tindakan medis, ya banyak-banyak berdoa minta kemudahan pada Allah.




Sumber: tanya jawab kulwapp Home Education bersama Kiki Barkiah.

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...