Bismillah..
Iim adalah nama panggilan dari seorang sahabat yang saya kenal semenjak tingkat
1 di kampus Jurangmangu. Perkenalan pertama saya dengannya sudah cukup
mendefinisikan bahwa beliau ini aktif/enerjik, super dalam bergaul. Oiya, di
tingkat satu kami juga sering belajar bersama. Kami menamainya “Gerimis”.
Tempat favorit kami untuk belajar adalah taman CD dengan keteduhan pohonnya.
Belajar bersama membuat kami semakin solid. Selain itu, kami bersama teman
tingkat 1 lainnya, kami pernah juga ikut ke studio metro tv dengan metromini.
Nah, beliau yang koordinatornya. Kami pernah juga ikut lomba accounting di kampus, dan sudah excited banget sempat masuk beberapa
besar gitu, melebihi ekspektasi awal kami. Meski, ga juara kami sudah seneng
banget, cukup menyadarkan kalau belajar bersama kami ada manfaatnya.
Hari
berganti hari dan di tahun kedua di kampus kami berbeda kelas, demikian pula
tingkat tiga. Hingga pada saat pengumuman instansi itulah kami akhirnya
dipertemukan kembali, di sebuah kota, ibukota bernama Jakarta. Rupanya Allah
mentakdirkan pula kami sekos. Padahal sama sekali ga janjian kalau mau sekosan
lho ya! Jadi ceritanya gini, ndilalahnya, bahasa planet apa nih, haha, saya belum dapat kosan,
niatnya dulu mau sekosan barengan sama teman, tapi dengan satu lain hal, teman saya sudah mendapat kosan dan saya
belum. Saat itu semenjak lapor ke instansi, kami diibaratkan sudah
menjadi pegawai, jadi kami harus masuk seperti pegawai lainnya dengan durasi
jam kerja 07:30 s.d. 17:00. Padahal kami seangkatan masih tinggal untuk sementara di Jurangmangu,
nah..mau tidak mau kami pun harus sudah punya kosan biar ga telat masuk
kantornya. Mungkin namanya jodoh, saat itu Iim menawari saya (kami sama-sama belum dapat kosan) untuk melihat kosan tak jauh dari kantor, barangkali ada yang cocok. Ternyata kosan tersebut masih banyak yang kosong, kami pun bersepakat kos di sana.
Semenjak
itulah kami pun sekosan, saya masih ingat betul, 28 Februari 2012 (sehari
setelah lapor diri ke instansi tempat kami bernaung). Kami juga sempat 1 tahun
lebih menjadi tetangga kamar (sebelum saya pindah ke kamar yang sekarang).
Bekerja di kantor yang sama juga tinggal di kosan yang sama melibatkan berbagai
interaksi yang terus-menerus. Cari kado bareng; beli magiccom bareng (sudah dibahas sebelumnya, hehe), kipas angin, koper; ke pasar bareng dan segala kerandoman lainnya
hal yang bikin ketawa-tawa sendiri kalau ingat. Bagaimana jagonya beliau
menawar harga adalah salah satu kemampuan yang saya kagumi dari beliau, haha. Sering kali ketika kami bepergian
bersama, beli apa gitu, saya udah mati-matian menawar, sama bapak e ga dikasih,
dan ketika beliau mengambil alih, eh cuma dengan sepatah kata trus dikasih
barangnya (edisi saat itu saya nawar beli jaket).
Sisi
positif kenal beliau adalah jadi ketularan menulis, mungkin karena hobi kami
sama, jadi mudah ditulari. Dulu saya belum berani nulis buat diposting di umum
seperti blog, Nah usai disemangati bikin blog, akhirnya saya pun punya blog
sendiri. Arigatou. Saat diklat
bareng, biasanya kami janjian buat nulis materi, trus posting di blog. Beberapa
kali, kami juga sempat janjian menulis judul dan teman yang sama di blog. Sisi
positif kalau nemu teman yang hobi nulis itu ya, salah satunya kita jadi lebih
bisa nulis. Alhamdulillah..
Iim
sosok pekerja keras dengan segudang mimpi-mimpi. Meski keliatan ceria terus
tapi kadang-kadang galau juga, haha, cuma
bedanya galaunya jarang, mhihi. Oiya,
terkait mimipi besarnya, saya turut berdoa semoga suatu saat mimpi-mimpi itu
terwujud. Karena tidak ada yang mustahil, jadi tetap semangat ya!
~
PS: Bila kah engkau rasai penantian itu terasa panjang, yakinlah bahwa kelak
kau ‘kan tersenyum bahagia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar