oleh Ustadz Abdurrahman Assegaf
![]() |
Gambar diambil dari :http://khotbahjumat.com/bahaya-godaan-harta/ |
Q.S. al-Jumu’ah (62): 9-10
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk
melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi;
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”
Bertebaran
di muka bumi --> Menurut Ja’far Shadik : maksudnya untuk menyembah.
Sementara Dhaha rhm: berkata:
Ini adalah
izin dari Allah Swt, siapa yang mau hendaknya dia keluar untuk mencari rizki
atau siapa yang mau dia tetap duduk.
Anas bin
Malik r.a. apabila usai mendirikan Jumat, beliau berdiri di depan pintu masjid,
seraya berdoa:
“Ya Allah
sungguh aku telah memenuhi panggilan-Mu, dan mendirikan kewajiban dari-Mu, dan
aku menyebar sebagaimana Kamu perintahkan kepadaku, maka berikanlah rizki
kepadaku dari kebaikanmu, Engkau adalah sebaik-baik Pemberi Rizki.”
Melalui doa
Anas bin Malik r.a. ini kita dapat mengambil simpulan bahwa mengarang doa
bukanlah bid’ah.
Minfadhlillah --> karunia Allah (harta)
Melalui
surat ini, Allah menyebut harta dengan karunia Allah. Harta tidak tercela.
Tercelanya harta adalah ketika mencari harta, mengesampingkan beribadah kepada
Allah (ibadah kita tinggalkan). Dengan demikian, kalau dengan cara yang baik,
dapat rizki maka itu adalah karunia Allah.
Ar-Razi rhm
berkata:
Allah Swt
menyebutkan harta dengan kata-kata “fadhlu Allah/karunia Allah” sebanyak 25 kali
di dalam al-Qur’an.
Q.S.
al-Baqarah (2):268
“Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji
(kikir), sedangkan Allah Menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu.
Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Allah Swt
menyebutkan harta dengan kata-kata “khairan/kebaikan” di dalam al-Qur’an
sebanyak 21 kali.
Q.S. al-Baqarah (2):180
Q.S. al-Baqarah (2):180
“Diwajibkan
atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika dia
meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat
dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.”
Allah
menyebutkan harta dengan kata-kata “rahmah” di dala al-Quran sebanyak 12 kali.
Q.S. al-Israa’
(17):100
“Katakanlah
(Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhan-ku,
niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya. “Dan
manusia itu memang sangat kikir.”
Harta tidak
identik dengan keburukan. Ada sebuah kisah dari Ustman bin Affan yang terkenal
dengan kedermawanannya. Ustman beli sumur di Bir Ali, sumur yang sangat bagus,
airnya tidak pernah kering, karena itu Yahudi menjualnya dengan mahal. Ustman
membeli sumur tersebut dari Yahudi dengan harga sekian lipat. Yang bisa dibeli
hanya-lah setengah dari sumurnya karena Yahudi enggan menjual seluruhnya.
Pembagiannya adalah semisal hari ini Yahudi, maka besuk adalah giliran
Sayyidina Ustman. Pada saat giliran Ustman, maka kaum muslimin bisa mengambil
sebanyak-banyaknya. Akhirnya pada saat giliran Yahudi, tidak ada yang beli.
Karena tidak ada yang beli, maka Yahudi pun menjualkannya. Ustman lalu
membelinya dan bilang kepada Nabi mewakafkannya. Kedermawanan Ustman inilah
yang kelak di Padang Mahsyar Ustman tidak akan dilanda kepanasan.
Ada empat
kondisi terkait harta:
- Pertama-tama, sebaik-baik harta adalah di tangan orang shalih.
- Kedua, orang yang shalih tapi tidak punya harta.
- Ketiga, seburuk-buruk orang adalah yang punya harta tetapi tidak shalih (buat maksiat, judi, dsb.)
- Keempat, orang yang jahat tapi tidak punya uang. Meski demikian, kalau dia berandai-andai atau berkeinginan semisal “kalau aku punya uang, aku akan judi dsb.. maka seperti no.3. Demikian pula dengan orang shalih tapi tidak punya harta à bila ia berandai-andai untuk berbuat kebaikan dengan hartanya, maka ia seperti nomor satu.
Harta itu
bukan sesuatu pencelaka, tetapi pencelaka bagi orang yang tidak mampu
membawanya dengan baik.
Semisal
kita sudha berikhtiar, sembari berdoa/taat kepada Allah ternyata itu-itu saja
(tidak ada harta) à
inshaaAllah itu yang terbaik.
Hal-hal
pokok terkait harta:
1.
Jangan meninggalkan beribadah dalam rangka
mencari hartanya.
2.
Berdoa kepada Allah.
3.
Berdzikir.
4.
Menggunakannya sesuai kehendak Allah --> penyelamat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar