Beberapa hal penting yang saya ingat saat pemeriksaan adalah ketuban (air) bagus. Denyut jantung dedek juga bagus. Semua Ok. Oiya, sampai pemeriksaan saya belum merasakan kontraksi sama sekali. Sebelum pulang, dokter berpesan, intinya adalah 1. Diet dilanjutkan ya! Semangat! (Begitu kata dokter kandungan saya,uwaa.. padahal mamak bawa bakpia dari Bantul) 2. Dokter menyarankan untuk induksi apabila sampai Jumat besuk (pas HPL/40weeks) belum ada kontraksi sama sekali karena berat dedek yang sudah mencapai 3,8kg. Jadi, kami perlu siap2 bawa baju pada hari Sabtu saat kontrol rutin.
Pulang dari pemeriksaan, rasanya campur2, antara senang berarti ga lama lagi ketemu dedek, tapi juga was-was. Hingga Jumat, dedek ternyata masih adem ayem di perut. Saat itu, saya pun mempersiapkan mental untuk induksi.
Sabtu sore kami kontrol rutin kembali. Kali ini, kami hanya berdua saja. Mb Hafsa ditemani Simbah di rumah dengan berbagai pertimbangan. Saat itu, ternyata dokter kami yang seharusnya mulai praktik dari jam 4 ditunda jadi jam 5. Sambil menunggu dipanggil, kami pun makan dulu. Kami memutuskan makan mie jowo (rebus). Nikmat sekali rasanya.
Sebelum usg, dokter berdoa mudah-mudahan belum sampai 4kg sehingga masih bisa diinduksi. Berdasarkan pemeriksaan menggunakan usg, alhamdulillah berat dedek belum mencapai 4kg (tipis mendekati) atau tepatnya 3.933gram. Oiya, usg memiliki semacam tingkat toleransi kesalahan 10%. Jadi, bisa saja dedek beratnya (massa kalau di fisika) 3,5kg atau 4,3kg. Semoga yang betul 3,5kg ya. Lalu dokter mengajak kami berdiskusi. Saat itu dokter menggambar sebuah skema. Beliau menjelaskan bahwa induksi bisa saja tidak berhasil (dalam artian bumil setelah diinduksi tidak mengalami kontraksi) sehingga pilihannya adalah Caesarean section (Caesar). Atau bisa saja induksi berhasil, kontraksi sudah bagus tapi ternyata dedek tidak turun2, maka pilihan nya juga Caesar.
Sebelum usg, dokter berdoa mudah-mudahan belum sampai 4kg sehingga masih bisa diinduksi. Berdasarkan pemeriksaan menggunakan usg, alhamdulillah berat dedek belum mencapai 4kg (tipis mendekati) atau tepatnya 3.933gram. Oiya, usg memiliki semacam tingkat toleransi kesalahan 10%. Jadi, bisa saja dedek beratnya (massa kalau di fisika) 3,5kg atau 4,3kg. Semoga yang betul 3,5kg ya. Lalu dokter mengajak kami berdiskusi. Saat itu dokter menggambar sebuah skema. Beliau menjelaskan bahwa induksi bisa saja tidak berhasil (dalam artian bumil setelah diinduksi tidak mengalami kontraksi) sehingga pilihannya adalah Caesarean section (Caesar). Atau bisa saja induksi berhasil, kontraksi sudah bagus tapi ternyata dedek tidak turun2, maka pilihan nya juga Caesar.
Saat itu, yang ada dalam pikiran saya adalah semoga induksi berhasil dan dedek sehat selamat serta dimudahkan persalinannya (kebayang Mb Hafsa yang kami tinggal cuma berdua dengan Simbah). Usai sholat isya, sekitar pukul 20:20, saya pun mulai diinfus untuk diinduksi. Oiya, sebelumnya, kami berulang kali disarankan kalau lapar makan dulu. Suami saat itu beli nasi goreng. (Masih lapar katanya). Maklum, kami beli mie jowo 1 porsi saja dengan pertimbangan saat itu masih belum terlalu lapar. Selain itu, kami juga disarankan untuk tidur. Selagi masih bisa tidur, tidur saja. Demikian nasihat bidan (mbak perawat). Alhamdulillah suami sempat istirahat tidur 10 menit. Saya sendiri, tidak bisa tidur. Hihi.
Kemudian, hormon alami yang disuntikkan untuk induksi pun bekerja. MashaaAllah luar biasa rasanya. Suami saya minta berdiri sambil saya remas tangannya setiap kali kontraksi datang. Allah Allah Allah, mampukan saya begitu batin saya. Alhamdulillah, atas pertolongannya dedek pun lahir pada Ahad dini hari, 15 Oktober 2017 pada pukul 01:10.
Kemudian, hormon alami yang disuntikkan untuk induksi pun bekerja. MashaaAllah luar biasa rasanya. Suami saya minta berdiri sambil saya remas tangannya setiap kali kontraksi datang. Allah Allah Allah, mampukan saya begitu batin saya. Alhamdulillah, atas pertolongannya dedek pun lahir pada Ahad dini hari, 15 Oktober 2017 pada pukul 01:10.
____
Oiya, saya sempat dipakaikan selang oksigen karena denyut jantung dedek di perut menurun saat kontraksi padahal normalnya denyut jantung dedek adalah stabil. Saya jadi merasa punya PR untuk belajar lebih baik dalam mengatur napas saat kontraksi datang. Saat kontraksi datang rasanya ilmu mengatur napas terasa berat untuk dipraktikan. PR saya yang lain adalah belajar untuk menahan ngeden. Nah ini saya belum bisa mengatasinya.
Saya juga sempat diambil darah untuk mengetahui kadar Hb saya (yang saat itu 8,7). Alhamdulillah tidak sampai pendarahan.
Kalau ingat2, Allah Maha Besar pertolongannya. Laa hawla waalaa quwwata illaa billah. Tiada daya dan upaya selain dari Allah.
Saya juga sempat diambil darah untuk mengetahui kadar Hb saya (yang saat itu 8,7). Alhamdulillah tidak sampai pendarahan.
Kalau ingat2, Allah Maha Besar pertolongannya. Laa hawla waalaa quwwata illaa billah. Tiada daya dan upaya selain dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar