3.10.15

Mengenai Rezeki

Beberapa waktu yang lalu ketika memutuskan untuk menikah, ada banyak hal yang membuat saya khawatir dan was-was. Eum, nanti uangnya dari mana yah? Tidak mungkin saya bergantung kepada orang tua. Meskipun, menikahkan anak adalah salah satu kewajiban orang tua, namun saya memahami sejauh mana kemampuan orang tua. Pada saat itu, akal saya serasa sudah mentog, dalam arti lain, udah kepentok, hingga berkali-kali saya seperti diingatkan, hei..ada Allah. Bukankah menikah adalah hal yang sangat baik. Lebih dari sekdar sangat baik malah. Itu adalah separuh agama. Lalu, bagaimana Allah tidak akan menolong hamba-Nya? Itu sangat tidak mungkin. Kekhawatiran itu pun sedikit demi sedikit sirna.

Berbekal keyakinan dan doa (favorit saya banget),<< Ya Allah, hamba memohon kemudahan, tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan kesulitan adalah mudah jika Engkau menghendakinya.>> Bismillah… bismillah,,, bismillah, saya pun memantapkan diri menuju ke hari penuh  sejarah itu.


Mendekati  hari-H, Alhamdulillah semua kemudahan itu mengalir tiada henti. Allah memudahkannya, segalanya. Kekhawatiran dulu bagaimana kalau sampai makanan pada saat hari H tidak cukup, ternyata Allah tepiskan semua itu, Dia-lah Yang Memberikan Kecukupan. Ketakutan kalau nanti sampai ngutang-ngutang setelah acara selesai, ternyata Allah juga cukupi semua kebutuhan-kebutuhan, Allah berikan kemudahan membayar hingga kami tidak perlu mengutang. Kalau dihitung-hitung, saya rasa akal ini tidak bisa mencapainya. Bukannya karena tidak bisa dihitung, tetapi kalau dalam kacamata hitungan kami, nilainya defisit, tapi kenyataanya, Allah cukupi semuanya. Belum lagi bantuan yang datang dari arah yang tidak terduga. Demikian, menikah itu penuh dengan keajaiban. Salah satunya adalah keajaiban rezeki.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan Memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
Q.S. An-Nuur (24) : 32

Usai menikah, keajaiban itu bukannya kemudian berhenti tapi justru inilah awal dari segala keajaiban-keajaiban itu. Allah memampukan.

Salah satu segelintir dari begitu melimpahnya nikmat Allah adalah rezeki melanjutkan pendidikan (kuliah) dengan status tugas belajar. Alhamdulillah, tidak hanya suami yang kuliah, saya pun akhirnya menyusul. Sebelumnya, saya dan suami sama-sama mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa melalui jalur reguler. Melalui jalur ini, suami alhamdulillah dinyatakan lulus setelah melalui dua tahap seleksi. Wah ini rezeki dedek (di dalam perut) juga. Alhamdulillah wa syukurillah. Saya?masih belum..mhihihi.
 
Selang beberapa hari, ternyata ada pendaftaran lagi melalui jalur yang berbeda. Haru sekali rasanya mengingat saya pikir jalur penerimaan sudah tidak akan ada lagi. Dengan penuh semangat, saya pun ikut mendaftar. Pada tahap ini, untuk kesekian kalinya Allah betul-betul menunjukkan kuasa-Nya. Allah Maha Hebat. Saya dimudahkan lulus test toefl itp. Sebelum ujian itu, saya masih ingat, di dalam sujud sholat Dhuhur saya menumpahkan segala keinginan saya , “Ya Allah saya pengen banget kuliah”. Allah pun mengabulkannya. Nilai saya cukup untuk digunakan mendaftar. Alhamdulillah, sampai di sini saja rasanya sudah seperti lulus seleksi penerimaan. Heheh. Soalnya untuk bisa mendaftar, salah satu persyaratannya adalah itu. Lha kalau buat mendaftar aja belum bisa, gimana mau lulus penerimaan?

Skenario Allah memang luar biasa. Saat saya mengira peluang untuk lolos kecil, ternyata Allah membalikkan semuanya. Saya keterima. Ya Allah… 

“maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”

Tidak ada komentar:

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...