Beberapa
waktu yang lalu ketika memutuskan untuk menikah, ada banyak hal yang membuat
saya khawatir dan was-was. Eum, nanti
uangnya dari mana yah? Tidak mungkin saya bergantung kepada orang tua.
Meskipun, menikahkan anak adalah salah satu kewajiban orang tua, namun saya memahami
sejauh mana kemampuan orang tua. Pada saat itu, akal saya serasa sudah mentog, dalam arti lain, udah kepentok, hingga berkali-kali saya
seperti diingatkan, hei..ada Allah.
Bukankah menikah adalah hal yang sangat baik. Lebih dari sekdar sangat baik malah.
Itu adalah separuh agama. Lalu, bagaimana Allah tidak akan menolong hamba-Nya?
Itu sangat tidak mungkin. Kekhawatiran itu pun sedikit demi sedikit sirna.
Berbekal
keyakinan dan doa (favorit saya banget),<< Ya Allah, hamba memohon
kemudahan, tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan kesulitan
adalah mudah jika Engkau menghendakinya.>> Bismillah… bismillah,,, bismillah,
saya pun memantapkan diri menuju ke hari penuh sejarah itu.
Mendekati
hari-H, Alhamdulillah semua kemudahan
itu mengalir tiada henti. Allah memudahkannya, segalanya. Kekhawatiran dulu
bagaimana kalau sampai makanan pada saat hari H tidak cukup, ternyata Allah tepiskan
semua itu, Dia-lah Yang Memberikan Kecukupan. Ketakutan kalau nanti sampai
ngutang-ngutang setelah acara selesai, ternyata Allah juga cukupi semua
kebutuhan-kebutuhan, Allah berikan kemudahan membayar hingga kami tidak perlu
mengutang. Kalau dihitung-hitung, saya rasa akal ini tidak bisa mencapainya.
Bukannya karena tidak bisa dihitung, tetapi kalau dalam kacamata hitungan kami,
nilainya defisit, tapi kenyataanya, Allah cukupi semuanya. Belum lagi bantuan
yang datang dari arah yang tidak terduga. Demikian, menikah itu penuh dengan
keajaiban. Salah satunya adalah keajaiban rezeki.
“Dan nikahkanlah
orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang
layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan Memberikan kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
Q.S.
An-Nuur (24) : 32
Usai
menikah, keajaiban itu bukannya kemudian berhenti tapi justru inilah awal dari
segala keajaiban-keajaiban itu. Allah memampukan.
Salah
satu segelintir dari begitu melimpahnya nikmat Allah adalah rezeki melanjutkan pendidikan
(kuliah) dengan status tugas belajar. Alhamdulillah, tidak hanya suami yang
kuliah, saya pun akhirnya menyusul. Sebelumnya, saya dan suami sama-sama mengikuti
seleksi penerimaan mahasiswa melalui jalur reguler. Melalui jalur ini, suami alhamdulillah
dinyatakan lulus setelah melalui dua tahap seleksi. Wah ini rezeki dedek (di
dalam perut) juga. Alhamdulillah wa syukurillah. Saya?masih belum..mhihihi.
Selang
beberapa hari, ternyata ada pendaftaran lagi melalui jalur yang berbeda. Haru
sekali rasanya mengingat saya pikir jalur penerimaan sudah tidak akan ada lagi.
Dengan penuh semangat, saya pun ikut mendaftar. Pada tahap ini, untuk kesekian
kalinya Allah betul-betul menunjukkan kuasa-Nya. Allah Maha Hebat. Saya
dimudahkan lulus test toefl itp. Sebelum ujian itu, saya masih ingat, di dalam
sujud sholat Dhuhur saya menumpahkan segala keinginan saya , “Ya Allah saya
pengen banget kuliah”. Allah pun mengabulkannya. Nilai saya cukup untuk
digunakan mendaftar. Alhamdulillah, sampai di sini saja rasanya sudah seperti
lulus seleksi penerimaan. Heheh. Soalnya
untuk bisa mendaftar, salah satu persyaratannya adalah itu. Lha kalau buat
mendaftar aja belum bisa, gimana mau lulus penerimaan?
Skenario
Allah memang luar biasa. Saat saya mengira peluang untuk lolos kecil, ternyata
Allah membalikkan semuanya. Saya keterima. Ya Allah…
“maka
nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar