19.1.14

Rasa 2

Gambar diambil dari http://www.rgbstock.com/
Terbersit dalam diri saya untuk membuat tulisan kembali dengan judul rasa. Saya pun menamainya dengan rasa 2. Rasa 2 ini pada dasarnya bukan kelanjutan dari rasa (part1) sebelumnya. Namun, idenya masih sama. Kalau rasa sebelumnya bercerita tentang warung favorit kami “warung solo”, kali ini saya ingin bercerita tentang sosok lainnya yang sudah seperti keluarga bagi kami. Kehadirannya sebagaimana kehadiran warung solo bagi kami adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada kami. Di perantauan ini, Allah memberikan beliau untuk melengkapi kami.

Sosok itu bernama Bu Yuli. Beliau adalah orang yang biasanya membantu menjaga kebersihan kosan kami. Sepertinya terbilang simple yak, namun kehadiran beliau terasa lebih dari sekedar biasa. Pagi hari sebelum beliau memulai tugasnya, hal pertama yang dilakukan adalah memastikan bahwa kami sudah bangun sehingga tidak terlambat masuk kantor seperti dengan memanggil, “Fitri sudah bangun?” Pernah saya habis subuh tidur lagi dan kebablasan. Betapa kagetnya saya ketika bangun dan melihat kosan sudah rada sunyi karena beberapa yang lain pun sudah berangkat (mungkin dikira saya juga sudah berangkat). Sungguh, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau saya tidak dibangunkan. Kelihatannya yang dilakukan beliau sepele bukan? Bagi saya, hal-hal yang mungkin kelihatan sepele dan remeh tersebut adalah bentuk kasih sayang yang tak terkira. Sungguh melegakan saat Anda berada di perantauan, dan Anda memiliki sosok amazing seperti beliau.

Saya pernah mendengar bahwa mungkin seluruh pasien di rumah sakit akan segera cepat sembuh bila semua dokter, perawat, tim medis, memberikan perhatian yang besar kepada pasien. Senyum yang hangat dan doa serta semangat dari para dokter/perawat adalah sugesti yang cukup besar untuk segera sembuh. Terlebih lagi, saat sakit orang membutuhkan perhatian yang lebih besar. Perhatian yang kecil dan remeh (bagi kita) bisa jadi sangat membekas bagi yang menerimanya.

Perhatian yang tulus meski kelihatannya kecil dan remeh ibarat air yang digunakan untuk menyirami tanaman. Meski air yang disiram sedikit namun bila terus-menerus disiram, ia telah memberikan sugesti untuk senantiasa tumbuh (grow up) juga menyuburkan.

Semoga Allah membalas kebaikan Ibu dengan yang lebih baik serta diberikan ketegaran dan kesabaran dalam menjalani kehidupan (Jumat malam kemarin, suami beliau meninggal dunia, innalillahi wa innailaihi raji’un, allohummaghfirlahu warhamhu, wa’fu’anhu).

Terima kasih Ibu..

Rasa itu terkadang mengejawantah dalam hal-hal kecil di sekitar kita. Dia ada bersama kita. Kita hanya butuh secuil kepekaan untuk menyadarinya..

Tidak ada komentar:

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...