1.1.14

Rasa


Diumumkan kepada manis manja group bahwa hari ini warung solo tutup. Para anggota grup diharapkan untuk mencari alternatif tempat makan lain. Seperti yang kita ketahui bersama, beragam piihan tersedia mulai dari beli di warung, tidak jadi makan, atau memasak sendiri. Mari kita mulai menggunakan magic com *tetep. Pesan random ini disampaikan oleh Iim dan Fitri. Pesan menggunakan magic com disampaikan oleh duta magic com manis manja group, Fitri.

Ketergantungan kosan kami kepada warung bernama “warung solo” terutama pada akhir pekan atau hari libur akhirnya berimbas pada hari ini. Ibu dan bapak penjual warung yang ramah itu hari ini tidak membuka warungnya. Saya dan Iim yang sudah sampai di sana pukul setengah 11 pun terpaksa harus menahan perut yang telah melilit semenjak tadi pagi. Kelezatan nasi dengan telur puyuh, bersama tempe dan gudeg pun tidak bisa saya nikmati hari ini. (puk-puk).

Rasa lapar di perut akhirnya menuntun kami menyusuri jalanan menuju pasar. Sayang sekali, ibu yang biasa menjual pecel di pasar itu hari ini pun tidak buka pula, padahal pasar tetap saja ramai seperti biasanya. Kami pun memutuskan pulang, tetapi sebelum kami beranjak jauh dari pasar, saya pun bergembira tatkala melihat ada gerobak menjual bubur. Batin saya, Alhamdulillah meski sudah jam segini, ada saja yang menjual bubur. Iim yang saat itu tidak melihatnya langsung takjub kok saya bisa liat gerobak dari jauh. Saya jawab sekenanya, “maklum sudah lapar jadi mata bisa lebih fokus liat makanan”, wkwkwkwk. Namun, kebahagiaan melihat gerobak ini pun tidak berlangsung lama. Kami tidak melihat penjual yang memiliki gerobak itu, entah sedang ditinggal pergi ke mana. Sungguh fenomena yang terasa ganjil melihat gerobak berdiri sendirian tanpa jodohnya (baca:pemilik/penjualnya), hehe. Kami pun memutuskan untuk menunggu karena menyadari di waktu sesiang ini akan susah mencari bubur yang masih tersedia. Setelah ditunggu beberapa lama tidak muncul, kami pun meninggalkan pasar. Sepanjang perjalanan itu, bubur tidak kami dapatkan sehingga kami pun memutuskan makan di warteg.

Bersyukur karena kami mendapatkan warung yang buka. Kami pun memesan makanan. Nasi, sop, telur dadar, dan orek. Oreknya ternyata pedas, jadi saya bertukar lauk dengan Iim. Meski sudah bertukar lauk dan tadinya lapar, tetap saja menghabiskan makanan itu susah, terutama apabila lidah ini sudah terbiasa dengan masakan di warung solo.

Akhir pekan atau hari libur tanpa makan di warung solo itu rasanya sesuatu..
****
Gambar diambil dari http://rollinoatstampa.com/
Apa yang membuat warung solo menjadi warung makan favorit kami? Saya pikir, yang pertama karena beliau (bapak beserta ibu yang menjual warung solo) sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri. Yang kedua adalah menu dan rasanya yang sangat menggugah selera, dan tak lupa harganya yang bersahabat dengan anak kosan. Inilah yang membuat rasa masakan di sana berkali-kali lebih nikmat dibandingkan masakan lainnya (meski tentu saja masakan Ibu di rumah tetap yang paling nikmat di dunia ini dan tak terkalahkan). Namun, di saat Anda merantau, Anda tentu akan menyukai masakan dengan rasa seperti itu.. :D

~Tulisan ini merupakan tantangan menulis sehari (lagi) featuring Iim :) Berbeda dengan sebelumnya, tantangan kali ini, kami menyusun sebuah paragraf bersama, sementara judul dan kelanjutan cerita disesuaikan dengan ide random masing-masing. ^_^v

Tidak ada komentar:

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...