Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan
bergabung dengan kuliah whatsapp terkait home education bersama teh Kiki.
Berhubung kuliah whatsaapp ini sarat materi dan karena takut kalau tidak
dipindah ke blog akan hilang dan susah dicari, maka memindahkan materi ke blog
adalah solusi jitu. Semoga bermanfaat bagi yang lainnya. Mohon maaf kalau dalam
penyajiannya tidak urut.
No.
|
Nama Penanya
|
Pertanyaan
|
9.
|
Meri Rahmawati
|
Saya ingin
mengajukan pertanyaan, bagaimana caranya menumbuhkan semangat dan rasa
percaya diri anak karena sering dibully baik itu di lingkungan sekolah
mauupun di rumah. Terima kasih.
Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Tips yang
pertama adalah orang tua harus menjadi benteng yang terakhir yang memberikan
rasa kepercayaan, penghargaan setinggi-tingginya kepada anak. Jadi jangan
sampai orangtua sendiri tidak merasa bangga, tidak merasa bahwa anaknya
berharga.
Ketika kita
sendiri misalnya tanpa sadar membully mereka, maka kepada siapa lagi mereka
akan berharap untuk bisa menumbuhkan rasa percaya diri itu kalau di
lingkungan yang terdekatnya saja tidak menghargainya. Jadi, add list, kalau di dunia ini gak ada
yang menghargai anak kita, maka kitalah yang senantiasa membuat anak-anak
kita merasa berharga.
Tips yang kedua,
evaluasi apa yang bikin anak kita menjadi sasaran bully. Apakah karena
tubuhnya yang terlalu lemas, berarti mungkin kita perlu memotivasi anak untuk
semakin prima fisiknya. Atau jika itu terjadi pada sesuatu yang tidak kita
bisa ubah, berarti ajak anak untuk melihat sisi positif dari semua kekurangan
dan kelebihan yang Allah karuniakan kepada anak kita.
Biasanya
anak-anak yang menjadi sumber bully itu memang biasanya berbeda. Jadi perlu
kita lihat apakah berbedanya dari sisi yang tidak baik, kalau misalnya yang
tidak baik ya berarti kita perbaiki.
Tapi ada juga
yang memang berbedanya karena dia memiliki keunggulan dalam kebaikan, yaudah
kalau seperti itu mah tinggal menetralisir perasaan anak kita supaya tidak
merasa bahwa dibully itu sesuatu yang sangat mengganggu kehidupannya.
Sebenarnya orang-orang itu membully karena perasaan jealous mereka terhadap karunia yang Allah berikan kepada kita,
termasuk juga memotivasi anak kita untuk tidak bersikap tinggi hati gitu ya
atas kelebihan yang Allah berikan.
Nah, ketika
anak-anak itu tahu kondisi anak-anak pembully itu sebenarnya adalah seseorang
yang perlu kita bantu dan kita kasihani, mudah-mudahan anak-anak kita sendiri
jadi merasa percaya diri karena sebenarnya yang bermasalah itu bukan anak
yang dibully tapi justru anak yang membully. Dia yang perlu ditolong untuk
menghentikan kedzalimannya, dia yang membutuhkan perhatian. Jadi, saya kadang
memotivasi anak-anak kita begini, mereka itu mungkin kurang diperhatikan,
kurang ada yang menghargai mereka, kurang ada yang membuat diri mereka merasa
berharga sehingga mereka mencari cara untuk bisa terlihat berharga dengan
cara mengumpulkan kekuatan dan membully orang lain. Seperti itu anak-anak
saya, jadinya leih percaya kepada dirinya sehingga tidak terlalu masalah
ketika dia dibully.
|
19.
|
Inggit Arfiyanti
|
Assalamu’alaikum.
Saya ingin bertanya:
Bagaimana tips
menghadapi balita yang mulai senang bertanya “kenapa”, agar kami orang tua
bisa tetap sabar menjawab pertanyaan anak dengan ramah, tanpa terpancing
emosi walaupun sering kali pertanyaan anak berulang atau mungkin menurut
orang dewasa itu pertanyaan yang kurang penting. Misalnya seperti “kenapa
bungkus ini warnanya merah? kenapa (gambar) kerbau itu senyum?” (saat baca
buku bersama), dsb.
Bagaimana cara
respon terbaik orang tua pada anak yang demikian agar anak tetap merasa
diperhatikan, dihargai atas rasa ingin taunya?
Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Pertama, rasa
syukur kita ya miliki anak-anak yang sangat kritis bertanya. Karena di luar
sana juga ada banyak anak-anak yang sangat pasif walaupun secara fitrah
belajar tapi banyak fitrahnya yang tersimpangkan dan terkuburkan karena
respon lingkungan yang memang tidak tidak terlalu baik. Jadi ini bisa
memotivasi kita jangan sampai kesalahan kita dalam merespon pertanyaan anak
sehingga kemudian menguburkan atau menyimpangkan fitrah belajar anak-anak ya.
Jadi, inshaa Allah E=mc2. Energi
menjadi orang tua itu sama dengan motivasi dikali cita-cita kuadrat.
Artinya, ketika ibu bersabar untuk menjawab pertanyaan, ibu lihat motivasinya
apa, ibu lihat cita-cita ke depan apa yang bisa terwujud dengan kesabaran ibu
menjawab pertanyaan.
Ada
satu kisah yang terkesan sama saya waktu saya membaca sebuah tulisan tentang
pengalaman seorang dokter yang PPT di sebuah desa. Ia mendapati seorang ibu yang menghentikan
pekerjaan mencuci piringnya ketika anaknya bertanya tentang sesuatu.
Dokter
tersebut bertanya mengapa ibu harus menghentikan pekerjaan ibu mencuci piring
pada saat anak bertanya?
Ibu
itu menjaawab: amak saya bertanya itu tidak setiap saat dan belum tentu lagi
bisa diulang waktunya. Sementara pekerjaan mencuci piring itu bisa kita tunda
di lain waktu.
Artinya,
beliau begitu merasakan bahwa ketika anak bertanya itu kan satu kesempatan
emas. Banyak ilmu yang kuncinya bisa terbuka karena anak bertanya. Termasuk bertanya
juga menunjukkan kesiapan seorang anak untuk menerima informasi. Tinggal bagaimana
kebijaksanaan kita untuk mengolah informasi. Karena ada beberapa pertanyaan
yang mungkin sulit untuk dijawab atau tidak pantas untuk dijawab secara
dhohir atau secara blak-blakan diberitahukan kepada anak-anak. Jadi, tinggal
bagaimana mungkin kalau dirasa pertanyaannya sesuatu yang normative atau
terus berulang, paling bisa dialihkan saja, dikembangkan pertanyaannya supaya
dia terangsang untuk bertanya pada hal-hal yang lain.
Kemudian
kalau ibu dirasa timingnya memang kurang tepat, ada pekerjaan lain yang tidak
bisa ditunda, bisa juga kita simpan pertanyaan anak-anak untuk dibahas supaya
bisa lebih rinci, lebih detil bahkan menjadi kesempatan untuk membuka buku
bersama atau browsing bersama tentang sesuatu yang mungkin kita belum kuasai.
Saya
pribadi (Teh Kiki) punya masalah dengan anak yang suka bertanya alias dia
suka ga pas timingnya. Misalnya karena terlalu cerdas dan terlalu banyak
lintasan pikiran, nanti missal lagi hapalan quran tiba-tiba melintas yang
kalau kita ladenin terus bisa mengganggu kegiatan kita dan
pencapaian-pencapaian yang sudah dibuat. Paling saya tunda. “Abang, abang selesaikan
ini dulu, setelah selesai abang boleh mengajukan tiga pertanyaan.“
Anak
harus diajarkan untuk sedikit menunda dan memahami waktu dan sikap yang tepat
sesuai dengan waktu di mana dan kapan sebaiknya ia dapat menyampaikan
pertanyaan. Anak-anak juga sejalan dengan usianya, anak juga harus tahu
aturan. Tidak serta merta harus terus mendistrak sesuatu. Tapi kalau masih
kecil, karena belum paham tentang itu, silakan dimanfaatkan saja,
diprioritaskan untuk memuaskan rasa ingin tahu anak.
|
28.
|
Sri Hastuti
|
Bunda, bagaimana
ya cara untuk memotivasi anak agar berani dan siap melakukan operasi? Anak
saya (22m) selalu histeris kalau diajak ke dokter/bidan/klinik seperti trauma
melihat ruangan/seragam. Terima kasih.
Jawaban Teh Kiki Barkiah:
Mbak usia 22m
memang agak susah kalau dikasih pengertian secara verbal. Kalau belum
mendesak gak papa ditunggu agar bisa diberi pengertian karena bertahap ya
menghilangkan trauma anak itu. Upayakan tidak ada kejadian yang tidak
menyenangkan lagi, yang semakin membuat sulit sembuh dari trauma. Termasuk
juga dilarang menakut-nakuti anak dengan tindakan medis. Pada masa mereka
membutuhkan, trauma itu jadi menyulitkan tindakan.
Masalahnya kalau
pasien meronta kan tidak nyaman juga tindakannya kecuali yang sudah darurat,
meronta pun kan akan tetap dijalani yang prioritas. Allohua’lam mungkin bisa
tanya sama ibu-ibu disini bagaimana menjadikan rumah sakit yang ramah anak,
dokter yang ramah anak, serta ortu yang bijak mendampingi anak berobat.
Pengalaman saya
sih anak-anak yang agak besar bisa disounding
dulu sebelum pengobatan. Lalu sedikit dikasih bumbu berupa hadiah bila berani
saat dokter mengambil tindakan. Anak juga beda-beda. Fatih tidak nangis saat
disuntik tapi ada juga yang nangis gak mau disuntuk. Bila sangat diperlukan
suatu tindakan medis, ya banyak-banyak berdoa minta kemudahan pada Allah.
|
Sumber: tanya
jawab kulwapp Home Education bersama Kiki Barkiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar