25.3.14

Risiko Itu Ada

Gambar diambil dari http://www.dreamstime.com/
Hari kedua pelajaran diklat hari ini membahas risiko. Kalau kemarin tentang konsep dasar audit, di mana hal yang paling berkesan adalah “setiap makhuk hidup yang memiliki tujuan itu perlu diaudit” maka pelajaran besar hari ini adalah “setiap tujuan itu memiliki risiko”. Nah risiko ini memperhambat, menunda, bahkan bisa menggagalkan tujuan, maka manajemen risiko perlu dilakukan.

Apa hubungan manajemen risiko dengan audit? Secara garis besar, di dalam konsep audit kemarin audit adalah proses penilaian yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap operasi/aktivitas/control/pengendalian untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan. Dalam aktivitas itu ada risiko. Kenapa bisa muncul risiko? Risiko muncul karena sifat manusia yang tidak lepas dari lalai, malas, atau bisa juga manusianya baik tetapi governance-nya buruk. Selain itu, pengendalian juga berperan terhadap munculnya risiko. Kalau pengendaliannya baik, maka risikonya rendah, demikian pula sebaliknya. 


Sebelum berbicara risiko lebih jauh, bagaimana cara mengidentifikasi risiko, jangan-jangan kita tidak tahu kalau itu risiko. Kuncinya risiko itu adalah negatif, dan belum terjadi. Selanjutnya, untuk mengidentifikasi risiko, bisa melalui pengalaman, atau kalau belum ada, bisa lewat "imajinasi". Di sini, maksudnya, berkaca dari prosesnya kemuadian membayangkan kira-kira risikonya apa yak. Lalu identifikasi kemungkinan dan buat antisipasi serta pencegahan.

Hal yang paling menyenangkan belajar risiko adalah pada bagian “penanganan risiko”. Karena dalam aktivitas itu ada risiko, maka tentu saja kita harus bijak dalam menangani risiko. Jangan sampai kita salah menangani risiko ini. Salah penanganan bisa berdampak pada pencapaian tujuan. Nah dalam hal ini, kita harus “pinter-pinter” mengidentifikasi risiko, jangan sampai kita luput memasukkan risiko apalagi kalau risiko itu ternyata besar karena bisa menyebabkan penanganan yang tidak efektif.


Eh…ga cuma permainan lho yang punya level. Risiko itu juga punya level, yaitu tinggi, sedang, dan rendah (menurut PMK 191 tahun 2008) tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Depkeu. Level risiko itu diperoleh dari level frekuensi dan level konsekuensi atau dampaknya. Level risiko ini nih yang kelak menjadi salah satu kunci (bahkan kunci pertama) dari prioritas penanganan risiko, sebelum level yang lainnya seperti level konsekuensi, kategori risiko, level frekuensi, dan subjektif judgement.

Pembahasan selanjutnya yang menarik adalah “apakah semua risiko itu harus ditangani?” Jawabannya adalah “TIDAK.” Risiko yang ditangani hanyalah risiko yang berada di atas garis toleransi risiko, yaitu tidak berada di level rendah atau tidak masuk dalam kategori sebagai risiko yang dapat diterima. Kalau begitu, risiko apa yang tidak perlu ditangani? Jawabannya adalah risiko yang berada di bawah toleransi risiko, seperti level rendah. Namun, karena risiko itu sifatnya dinamis, berubah-ubah, bisa saja tuh risiko yang sekarang levelnya rendah tapi nanti jadi berubah menjadi tinggi. Lha terus gimana dong? Nah...dalam hal ini, meski level risikonya rendah atau tepatnya di bawah batas toleransi risiko itu tidak ditangani, tetapi, tetap perlu dimonitor/dipantau agar risikonya ga naik level.

Another interesting of this lesson adalah “risiko itu ternyata ada yang diterima”, uhuk2..hehe. Mungkin, ada yang bingung kali ya, gimana caranya tuh biar bisa diterima, eh?! Kan katanya risiko itu bisa menghambat, menunda, dan menggagalkan tujuan, tapi kok bisa diterima gitu? Eumm…Ini nih alasannya: karena risikonya rendah, jadi ga perlu dilakukan penanganan.

Risiko itu tidak bisa dihilangkan, tetapi hanya dapat diturunkan. Itulah alasan kenapa risiko rendah tidak perlu ditangani karena tujuan dari penanganan risiko adalah untuk menurunkan level risiko, sementara risiko rendah tidak bisa diturunkan lagi. Alasan lainnya adalah tidak adalah karena pertimbangan cost and benefit.

Terakhir, beberapa opsi penanganan risiko bisa dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, menurunkan dampak risikonya, menerima risiko (seperti dibahas pada paragraf sebelumnya, hehe), menghindari risiko, dan mengalihkan/mentransfer risiko.

Risiko itu ada. Mari kita sadari, dan kita tangani secara tepat! Bersemangat…!
you also can read the same topic about this in this link:
http://www.imzpression.com/2014/03/catatan-diklat-pengawasan-manajemen.html

Tidak ada komentar:

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...