Pertandingan antara timnas Indonesia
dengan Korea yang disuguhkan tadi malam, Sabtu 11 Oktober 2013 sungguh luar biasa. Pertandingan tersebut dimenangkan oleh timnas
Indonesia dengan skor 3-2. Di awal pertandingan, Indonesia
bahkan menciptakan sejumlah peluang. Indonesia pun berhasil unggul dulu atas Korea
lewat gol Evan Dimas meski tak lama berselang Korea
mengimbangi lewat gol pinalti. Pertandingan sempat dihentikan pada menit ke-42
karena lapangan Stadion Gelora Bung Karno tergenang air. Setelah lapangan tidak tergenang,
pertandingan pun dilanjutkan. Menjelang akhir babak pertama, Indonesia sempat membahayakan
Korea, bahkan nyaris unggul 2-1 setelah bola mengenai mistar gawang dengan ½ badan
bola masuk ke dalam gawang.
Di babak kedua, Indonesia pun
mencetak keunggulan lewat tendangan kaki kiri Evan Dimas. Bahkan di menit ke-85,
Indonesia memastikan melaju ke putaran final AFC U-19 tahun depan di Myanmar setelah
Evan Dimas membobol gawang Korea untuk ketiga kalinya sekaligus mencetak hattrick.
Korea pun sempat memperkecil selisih gol menjadi 3-2. Kedudukan ini tak berubah hingga peluit akhir dibunyikan. Kemenangan nan manis bagi timnas Indonesia dan kita semua.
Sujud syukur pun dilakukan sebagaimana sujud syukur setiap kali
menciptakan gol. Namun, tentu saja, sujud syukur kali ini adalah sujud syukur dengan kebahagiaan
yang luar biasa.
Untuk pertama kalinya,
saya menyaksikan pertandingan timnas dengan semangat yang menggelora,
pantang menyerah, kepercayaan diri yang
tinggi sehingga bisa bermain lepas bahkan selain menguasai bola
timnas juga bermain menyerang. Sungguh berbeda sekali dengan permainan timnas yang
kerap saya tonton sebelumnya yang susah bermain lepas karena kurangnya kepercayaan diri dan
mental juara (kalah sebelum bertanding).
Menyaksikan pertandingan Evan
Dimas Darmono (sang kapten pencetak hattrick) dkk. semalam membuat saya berpikir, “Indonesia
hebat, bukan? Kita bisa lho jadi pemenang!” Terlebih kemenangan semalam adalah kemenangan timnas atas negara
yang berpredikat juara bertahan piala AFC tahun lalu serta juara 12 kali piala AFC. Sungguh luar biasa!
Di dalam pertandingan semalam selain memberikan kemenangan nan manis namun tersimpan pelajaran
yang teramat luar biasa, seperti:
Mental
juara baik sebelum bertanding tidak kalah pentingnya dengan saat bertanding, bahkan
mental juara sebelum bertanding akan mempengaruhi jalannya permainan.
Bila sejak sebelum bertanding saja sudah merasa kalah,
bagaimana saat bertanding nantinya? Tentu akan susah menampilkan kemampuan terbaik. Bermental juara,
kita bisa lho jadi pemenang. Semangat! Kita bisa!J
Mental juara inilah yang
membuat timnas bisa bermain lepas, tampil percaya diri pantang menyerah. Bahagia rasanya tatkala timnas bisa menguasai lapangan tengah dan bermain dengan tenang dan lepas.
- Semangat
yang tak pernah padam;
Bertanding dengan tim yang
pernah juara membutuhkan dorongan semangat yang
jauh lebih tinggi dan tak kunjung padam oleh waktu. Semangat dan motivasi yang tinggi akan membuat diri tidak pernah menyerah meski kelelahan melanda.
Semangat inilah yang menjadi bahan bakar yang harus selalu tersedia.
Kesalahan itu wajar. Pun
dengan pertandingan semalam, di mana timnas kebobolan gol tidak lama berselang setelah
Indonesia mencetak gol yang pertama dari Korea sehingga kedudukan menjadi imbang
1-1. Terlebih gol Korea tersebut berasal dari salahnya antisipasi pemain belakang kita sehingga berbuah pinalti. Namun,
apakah kemudian berhenti di situ saja?
Tentu tidak! Untungnya, timnas
pun belajar banyak dari kesalahan ini sehingga menjadi lebih waspada. Bahkan, di
balik adanya pinalti untuk Korea, terselip pelajaran yang tak terkira untuk lebih waspada,
lebih berhati-hati untuk tidak mengulang kesalahan, dan yang
tak kalah pentingnya adalah menguji seberapa besar mental juara kita. Kalau mental
juara kita tidak tinggi pasti kita akan langsung mutung,
terperangkap dalam kesalahan dan susah untuk bangkit. Namun,
sebagaimana tim besar itu juga diuji lewat permainan mental,
maka bukankah kesalahan tersebut sudah cukup menjadi menguji mental kita?
- Bermain kompak dan melawan egoisme pribadi;
Gol-gol Evan Dimas
tidak berasal dari buah kerjanya sendiri. Semua gol berasal dari umpan-umpan rekan sesama tim
yang melihat posisi Evan Dimas lebih baik untuk menciptakan gol.
Seandainya saja setiap orang memaksakan diri dan memiliki ego hanya diri sendirilah yang
boleh mencetak gol, tentu gol akan sulit tercipta.
Doa dan ikhtiar (usaha), ikhtiar dan doa,
dua hal yang harus senantiasa beriringan. Doa dari pemain, pelatih, penonton juga doa kita semua
demi masa depan sepakbola Indonesia yang lebih baik. Sujud syukur yang dilakukan pemain maupun pelatih menunjukkan bahwa keberhasilan kita tidak lepas dari campur tangan
Allah Yang Maha Kuasa plus wujud rasa
syukur kita atas segala karunia-Nya. Alhamdulillah.
Jakarta, 12 &15 Oktober
2013