3 Agustus 2012
Kakak,
tidakkah kau lihat bendera yang aku lihat saat ini? Feeling excited! Aku sedang berada di negeri yang dulu pernah kita
sepakati untuk kita kunjungi kakak. Masih ingatkah kakak akan 13 tahun yang
lalu? Saat itu aku berumur 4 tahun dan kakak berumur 11 tahun. Kita sama-sama
membuka atlas dunia. Kemudian kita sama-sama tertarik pada salah satu isi di
dalam daftar isi, bendera-bendera di dunia.
Saat
itu kakak bertanya, “Adik suka bendera apa?”
Aku pun menjawab dengan mengarahkan telunjuk
ke arah bendera dengan latar belakang putih dan merah bulat di tengahnya.
Melihat
itu, kakak pun tersenyum dan berseru, “Wow! Tahu ga dik, kata Bu Guru, di sana
masyarakatnya sangat tertib. Banyak juga yang bersekolah di sana. Bisa nggak kelak
adik sekolah di sana?”
Kakak
mau ke sana juga?” tanyaku polos saat itu. Kakak pun tersenyum, “Bisa jadi.”
Aku yang saat itu tidak paham itu
bendera apa, hanya mengangguk mengiyakan sambil kemudian tersenyum.
10 Agustus 2013
Kakak,
hari ini adalah hari terakhirku program pertukaran pelajar di negeri ini. Terima
kasih telah menginspirasiku, Kak. Ibu Guru Kakak benar, negeri ini
masyarakatnya sangat tertib. Aku tidak pernah melihat ada yang menyerobot antrian,
Kak, semuanya teratur dan bersih, semangatnya juga tinggi, Kak. Semangat untuk
majunya luar biasa. Semuanya tidak akan kulupakan Kak. Adik akan jadi orang
yang pekerja keras, punya semangat tinggi juga seperti mereka, Kak. Ini janji
adik kepada kakak. Nanti aku akan balik lagi ke sini untuk kuliah, Kak. Kakak juga
ya! Kita bersama-sama ke sini lagi.
Kakak, bentar lagi aku akan pulang.
Tunggu aku ya, Kak!
11 Agustus 2013
Kakak, kenapa mukamu hari ini pucat
sekali? Apakah engkau sakit Kak? Saat engkau mendekapku kali ini serasa engkau
akan pergi jauh. Aku sedih sekali, Kak. Saat aku baru aja pulang, kupikir aku akan segera bertemu
mukamu yang teduh, segar, dan berseri-seri. Namun, yang kutemui kali ini adalah
sosok dari dirimu yang berbeda. Engkau masih saja hangat, hanya saja raut
mukamu yang pucat tidak bisa menyembunyikan apa yang engkau rasakan. Kak, sejak
kapan engkau sakit? Ibu bilang sejak empat belas tahun yang lalu. Kenapa Engkau
tidak pernah menceritakannya padaku?
15 Agustus 2013
Kakak,
di jalanan dekat rumah, seseorang telah menaruh sebuah bendera, Kak. Bendera
yang sarat akan kepergianmu. Kakak, hari ini adalah menjadi hari terakhir bagiku
bisa melihatmu. Aku masih merindukannmu, Kak. Aku belum puas untuk bertemu
denganmu. Belum puas untuk bercerita kepadamu. Kakak, maafkan bila belum bisa
menjadi adik yang baik.
Kakak,
dengarkanlah ini: akan penuhi janjiku, Kak. Aku akan balik lagi ke sana, bukan
sebagai siswa pertukaran pelajar. tetapi sebagai seorang mahasiswa yang bersekolah
di sana. Aku tidak akan menyerah mencapai cita-citaku, Kak.
Kak,
aku tadi berjalan mengambil atlas yang ternyata masih tersimpan rapi di rak
meja belajar kita. Kubuka kembali halaman demi halaman yang pernah kita buka
saat itu. Tak kusadari, air mataku telah membasahi atlasnya,Kak. Ingatanku akan
13 tahun yang lalu pun berputar kembali.
“Wow! Tahu ga dik,
kata Bu Guru, di sana masyarakatnya sangat tertib. Banyak juga yang bersekolah
di sana. Bisa nggak kelak adik sekolah di sana?”
Kakak
mau ke sana juga?” tanyaku polos saat itu. Kakak pun tersenyum, “Bisa jadi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar