31.10.13

Lanjutan Materi Adab kepada Rasulullah

Sinopsis materi kajian
Selasa, 29 Oktober 2013
oleh Ustadz Abdurrahman Assegaf

Hampir saja orang yang baik hancur, yaitu Abu Bakar dan Umar r.a., mereka berdua meninggikan suaranya di hadapan Nabi Muhammad Saw ketika datang kafilah Bani Tamim, salah seorang di antara mereka berdua mengisyaratkan kepada Agra’ bin Habis saudara Bani Mujasi dan lainnya mengisyaratkan kepada seseorang yang namanya Nafi’ (aku tidak menghafal namanya), berkata Abu Bakar kepada umar. Kamu tidak menginginkan kecuali hanya ingin berdua denganku! Umar r.a. tidak bermaksud menentangmu. Mereka berdua meninggikan suaranya. Maka turunlah firman Allah Swt (Wahai orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu…) H.R. Bukhari dan Muslim

Terhadap Nabi, kita dilarang mengeraskan suara di atas suara Nabi dan jangan mendhahirkan seperti dengan yang lainnya. Dengan demikian, kita tidak boleh berteriak maupun bersuara keras, tetapi suaranya dipelankan karena tidak sukanya Rasul menyebabkan gugurnya amal.


Kisah mengenai Tsabit bin Qais
Tsabit bin Qais adalah orang Badui dan memiliki pendengaran yang kurang bagus sehingga kalau berbicara berteriak. Saat mengetahui turunnya ayat tersebut, Tsait bin Qais tidak mau lagi sholat di masjid, masuk/mengurung diri di rumah dalam keadaan bersedih serta berkata gugurlah amalku, saya termasuk penghuni neraka.

Karena tidak ada di masjid, Rasulullah pun merasa kehilangan. Lalu para sahabat datang ke rumahnya. Para sahabat memberitahu Rasul perihal Tsabit bin Qais yang mengurung diri di kamar dalam kondisi menangis sambil berkata amalnya gugur dan termasuk penghuni neraka. Maka Rasulullah mengatakan tidak, dia adalah termasuk penduduk surga.

Pelajaran yang Bisa Diambil


  • Begitu dahsyatnya ancaman mengeraskan suara di depan Nabi padahal mengangkat suara di depan Nabi, bukan berbicara yang kotor atau lainnya. Namun, mengeraskan suara saja ancamannya gugurnya amal. Rasulullah berbeda dengan yang lainnya, adab pun perlu diperhatikan.
  • Lihat para sahabat Nabi. Apabila ada surat yang berisi ancaman mereka memperuntukkan untuk diri sendiri sehingga lebih bisa mengamalkan.
  • Untuk orang normal (tidak memiliki masalah dengan pendengaran) tidak boleh berteriak.
Di akhir ayat ini, adab berbicara ini berlaku pula untuk sesama manusia. Ayat tersebut memang untuk Rasulullah tetapi umum juga. Kita dilarang untuk berteriak kepada semua orang yang mulia seperti ustdaz, ulama, orangtua.

Adab menjadi salah satu ciri ketakwaan orang.

Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw:
Sungguh seorag hamba mengucapkan kalimat dari keridhaan Allah Swt tidak mengucapkannya dengan permasalahan, diangkat baginya dengan kalimat itu beberapa derajat, dan sungguh seorang hamba mengucapkan dengan kalimat dari hal yang menyebabkan murkanya Allah Swt, mengucapkannya tidak permasalahan, dilemparkannya dengannya ke dalam neraka Jahannam (H.R. Ahmad, Bukhari, dan Muslim).

Mari jaga ucapan kita. Jaga lisan kita terhadap setiap orang muslim.


Pada masa setelah Nabi meninggal, ada dua orang yang berteriak-teriak di Masjid Nabawi. Maka Umar bin Khattab bertanya dari mana. Mereka berdua menjawab dari Thaif. Umar berkata seandainya kalian dari Madinah niscaya aku pukul karena Madinah turun ayat “jangan mengeraskan suara”

Tidak ada komentar:

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...