16.10.13

Belajar dari Pertandingan AFC U-19 Korea Selatan Menghadapi Indonesia


Pertandingan antara timnas Indonesia dengan Korea yang disuguhkan tadi malam, Sabtu 11 Oktober 2013 sungguh luar biasa. Pertandingan tersebut dimenangkan oleh timnas Indonesia dengan skor 3-2. Di awal pertandingan, Indonesia bahkan menciptakan sejumlah peluang. Indonesia pun berhasil unggul dulu atas Korea lewat gol Evan Dimas meski tak lama berselang Korea mengimbangi lewat gol pinalti. Pertandingan sempat dihentikan pada menit ke-42 karena lapangan Stadion Gelora Bung Karno tergenang air. Setelah lapangan tidak tergenang, pertandingan pun dilanjutkan. Menjelang akhir babak pertama, Indonesia sempat membahayakan Korea, bahkan nyaris unggul 2-1 setelah bola mengenai mistar gawang dengan ½ badan bola masuk ke dalam gawang.

Di babak kedua, Indonesia pun mencetak keunggulan lewat tendangan kaki kiri Evan Dimas. Bahkan di menit ke-85, Indonesia memastikan melaju ke putaran final AFC U-19 tahun depan di Myanmar setelah Evan Dimas membobol gawang Korea untuk ketiga kalinya sekaligus mencetak hattrick. Korea pun sempat memperkecil selisih gol menjadi 3-2. Kedudukan ini tak berubah hingga peluit akhir dibunyikan. Kemenangan nan manis bagi timnas Indonesia dan kita semua. Sujud syukur pun dilakukan sebagaimana sujud syukur setiap kali menciptakan gol. Namun, tentu saja, sujud syukur kali ini adalah sujud syukur dengan kebahagiaan yang luar biasa.

Untuk pertama kalinya, saya menyaksikan pertandingan timnas dengan semangat yang menggelora, pantang menyerah, kepercayaan diri yang tinggi sehingga bisa bermain lepas bahkan selain menguasai bola timnas juga bermain menyerang. Sungguh berbeda sekali dengan permainan timnas yang kerap saya tonton sebelumnya yang susah bermain lepas karena kurangnya kepercayaan diri dan mental juara (kalah sebelum bertanding).

Menyaksikan pertandingan Evan Dimas Darmono (sang kapten pencetak hattrick) dkk. semalam membuat saya berpikir, “Indonesia hebat, bukan? Kita bisa lho jadi pemenang!” Terlebih kemenangan semalam adalah kemenangan timnas atas negara yang berpredikat juara bertahan piala AFC tahun lalu serta juara 12 kali piala AFC. Sungguh luar biasa! Di dalam pertandingan semalam selain memberikan kemenangan nan manis namun tersimpan pelajaran yang teramat luar biasa, seperti:

  • Mental juara;
Mental juara baik sebelum bertanding tidak kalah pentingnya dengan saat bertanding, bahkan mental juara sebelum bertanding akan mempengaruhi jalannya permainan. Bila sejak sebelum bertanding saja sudah merasa kalah, bagaimana saat bertanding nantinya? Tentu akan susah menampilkan kemampuan terbaik. Bermental juara, kita bisa lho jadi pemenang. Semangat! Kita bisa!J
Mental juara inilah yang membuat timnas bisa bermain lepas, tampil percaya diri pantang menyerah. Bahagia rasanya tatkala timnas bisa menguasai lapangan tengah dan bermain dengan tenang dan lepas.

  • Semangat yang tak pernah padam;
Bertanding dengan tim yang pernah juara membutuhkan dorongan semangat yang jauh lebih tinggi dan tak kunjung padam oleh waktu. Semangat dan motivasi yang tinggi akan membuat diri tidak pernah menyerah meski kelelahan melanda. Semangat inilah yang menjadi bahan bakar yang harus selalu tersedia.

  •  Pantang menyerah;
Kesalahan itu wajar. Pun dengan pertandingan semalam, di mana timnas kebobolan gol tidak lama berselang setelah Indonesia mencetak gol yang pertama dari Korea sehingga kedudukan menjadi imbang 1-1. Terlebih gol Korea tersebut berasal dari salahnya antisipasi pemain belakang kita sehingga berbuah pinalti. Namun, apakah kemudian berhenti di situ saja?

Tentu tidak! Untungnya, timnas pun belajar banyak dari kesalahan ini sehingga menjadi lebih waspada. Bahkan, di balik adanya pinalti untuk Korea, terselip pelajaran yang tak terkira untuk lebih waspada, lebih berhati-hati untuk tidak mengulang kesalahan, dan yang tak kalah pentingnya adalah menguji seberapa besar mental juara kita. Kalau mental juara kita tidak tinggi pasti kita akan langsung mutung, terperangkap dalam kesalahan dan susah untuk bangkit. Namun, sebagaimana tim besar itu juga diuji lewat permainan mental, maka bukankah kesalahan tersebut sudah cukup menjadi menguji mental kita?

  • Bermain kompak dan melawan egoisme pribadi;
Gol-gol Evan Dimas tidak berasal dari buah kerjanya sendiri. Semua gol berasal dari umpan-umpan rekan sesama tim yang melihat posisi Evan Dimas lebih baik untuk menciptakan gol. Seandainya saja setiap orang memaksakan diri dan memiliki ego hanya diri sendirilah yang boleh mencetak gol, tentu gol akan sulit tercipta.

  •   Doa
Doa dan ikhtiar (usaha), ikhtiar dan doa, dua hal yang harus senantiasa beriringan. Doa dari pemain, pelatih, penonton juga doa kita semua demi masa depan sepakbola Indonesia yang lebih baik. Sujud syukur yang dilakukan pemain maupun pelatih menunjukkan bahwa keberhasilan kita tidak lepas dari campur tangan Allah Yang Maha Kuasa plus wujud rasa syukur kita atas segala karunia-Nya. Alhamdulillah.
Gambar diambil dari http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/10/12/232212/2385455/426/evan-dimas-jenderal-garuda-muda?b991101mainnews

Jakarta, 12 &15 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Persiapan menuju Ramadan 1443H-Menyapih

Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Kira-kira akan dimulai pada 2 April nanti. Setiap orang tentu memiliki persiapan masing-masing. Ada ...